KPK Akui Temukan Cap Jempol di Amplop Kasus Bowo Sidik

Juru Bicara KPK, Febri Diansyah.
Sumber :
  • VIVA/Syaefullah

VIVA – Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah membenarkan, penyidik menemukan tanda cap jempol dalam amplop-amplop yang ditemukan diduga terkait perkara anggota DPR, Bowo Sidik Pangarso.

Integritas Firli Bahuri dan Komitmen Penegakan Hukum Irjen Karyoto

"Dalam beberapa hari ini kami melakukan pengecekan, kami verifikasi, kami memang menemukan tanda itu pada amplop tersebut," ujar dalam acara Indonesia Lawyer Club tvOne, Selasa, 2 April 2019 malam.

Febri menegaskan, kasus ini adalah proses hukum. Pihaknya baru menemukan dugaan untuk pemilu legislatif untuk tersangka BSP. KPK baru menemukan dugaan uang tersebut digunakan untuk kepentingan "serangan fajar". "Belum ada fakta hukum lain, misalnya digunakan caleg lain," ujarnya.

Kejagung Tahan Rennier Tersangka Kasus Korupsi Asabri

Dalam kesempatan terpisah, Febri juga mengakui adanya cap jempol dalam amplop-amplop tersebut. Namun sejauh penyidikan dilakukan diklaim dia masih terkait dengan pemiligan legislatif.

"Tidak ada nomor urut (dalam amplop tersebut). Yang ada adalah ?cap jempol di amplop-amplop tersebut," ujar Febri dikonfirmasi awak media, Selasa, 2 April 2019. 

Keponakan Surya Paloh Mengaku Beli Mobil dari Tersangka Korupsi

Kendati demikian, kata Febri, proses hukum saat ini masih berjalan. Dia meminta agar masyarakat tidak berspekulasi dan sabar menanti perkembangan penyidikan. 

"Kami juga berharap proses hukum ini dilihat oleh semua pihak secara independen sebagaimana proses hukum acara yang berlaku," kata Febri.

Diketahui, KPK tengah menyidik kasus suap kerja sama pengapalan produk Pupuk Indonesia, diduga melibatkan anggota DPR Bowo Sidik Pangarso. 

Saat operasi tangkap tangan, tim KPK menyita uang sekitar Rp8 miliar di kantor Inersia yang berada di Jalan Salihara, Jakarta Selatan.  Uang dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu itu sudah dimasukkan dalam 400 ribu amplop dengan 84 kardus dan disimpan secara rapi di enam lemari besi di kantor Inersia. Uang itu diduga untuk “serangan fajar” pemilihan legislatif tersangka BSP.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya