Mumun si Penjual Ginjal Belum Menyerah meski Mulai Banyak Bantuan

Mumun Sumiati, wanita yang menjajakan ginjalnya untuk membiayai pengobatan sang suami, saat ditemui di rumahnya di kawasan Rawa Indah, Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu, 10 April 2019.
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Mumun Sumiati, wanita yang sempat menjadi sorotan publik karena menjajakan ginjalnya untuk membiayai pengobatan sang suami, mulai banjir bantuan. Tak hanya dari pengusaha dan warga, bantuan mengalir dari kalangan artis atau selebritas.

Pasien Imunodefisiensi Primer Minta Pemerintah Masukkan Terapi IDP ke dalam Formularium Nasional

“Alhamdulillah habis diberitakan sama teman-teman wartawan, banyak dermawan dan donatur yang mau bantu hidup saya, buat biaya obat si bapak juga,” katanya saat ditemui di rumahnya di kawasan Rawa Indah, Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu, 10 April 2019.

Wanita berusia 59 tahun itu mengaku, dari sejumlah donator ada beberapa artis yang langsung menemuinya untuk memberikan bantuan materi. Di antaranya, Widi, vokalis band Hello.

Celine Dion Ungkap Penyakit Langka yang Dideritanya: "Saya Berharap Ada Keajaiban"

Namun, Sumiati masih tetap mengharapkan belas kasih untuk menanggung biaya berobat sang suami. Sebab, seluruh bantuan kini hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari dan biaya berobat. Jika itu semua habis, ia pun terpaksa kembali turun ke jalan, menjajakan kembali ginjalnya.

Mumun berharap ada yang bersedia membeli ginjalnya seharga Rp500 juta. Uang itu akan digunakan untuk biaya berobat suaminya sekaligus membeli rumah sehingga tidak lagi tinggal di rumah kontrakan.

Informal Workers Receive Social Security Assistance from Radjak Hospital Salemba

BPJS tak menanggung

Mumun sehari-sehari bekerja sebagai buruh cuci serabutan. Awalnya sang suami tidak tahu bahwa dia akan berbuat senekat itu. Biasanya, Mumun menjajakan ginjalnya hingga ke wilayah Bekasi.

“Saya bilangnya pamit mau nyari cucian dan gosokan. Sekarang semua sudah tahu, ya, mau gimana lagi, saya sudah enggak punya apa-apa,” ujarnya.

Mumun dan suamimya sebenarnya peserta peserta Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BJPS) Kesehatan. Namun, karena penyakit sang suami terlalu parah, BPJS tidak sanggup menanggung semua biaya pengobatan. Dia dan suami juga menunggak iuran BPJS.

Komplikasi

Leo Suyoto, suami Mumun, sudah lima tahun terakhir menderita penyakit penyempitan syaraf, diabetes, dan hipertensi. Bahkan belakangan, Leo mengeluhkan sakit di bagian dada serta bengkak pada kaki dan perut.

Untuk mengatasi rasa nyerinya itu, Leo harus diterapi di Rumah Sakit Citama, Bojong Gede. Namun biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit: Rp200 ribu per tindakan fisioterapi. Biaya itu tidak ditanggung BPJS kesehatan. Masalahnya lagi, Leo mesti menjalani fisioterapi sedikitnya sekali tiap pekan.

Mumun mengaku, keluarga, khususnya suami dan dua anaknya sempat kesal dengan aksi nekatnya itu. Namun kini mereka hanya bisa pasrah.

“Saya enggak mau ngeberatin mereka (anak-anak). Mereka juga sulit: yang satu tukang ojek, yang satu lagi buruh cuci. Mereka juga punya keluarga yang harus dinafkahi. Biarlah saya berjuang sebisanya,” ujar Mumun, sambil menyeka air mata.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya