Nyaris Tanpa Gesekan, Istana Puji Zonasi Kampanye Terbuka

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Kepala Staf Presiden Moeldoko bersiap memberikan keterangan pers terkait penembakan pekerja Trans Papua oleh kelompok kriminal bersenjata, di Istana Merdeka, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Kepala Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko memberikan catatan 7 bulan pelaksanaan kampanye Pilpres dan Pileg 2019, yang menurutnya banyak menguras energi anak bangsa. Terlebih, perang dua kubu di dunia maya atau media sosial, semakin membuat konstestasi pemilu ini serasa penuh gejolak dan seperti perang sungguhan.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

Padahal di dunia nyata, kata Moeldoko, semua berjalan baik-baik saja. Masyarakat yang Ia temui di daerah-daerah juga relatif biasa saja, bahkan mereka gembira dengan pemilu. 

"Ini sama seperti pemilihan DKI Jakarta seolah terjadi pertempuran, begitu terjadi pemilihan semua berjalan baik saja. Ini maknanya secara ril demokrasi cukup matang, masyarakat sudah matang," kata Moeldoko di ILC, Selasa malam, 16 April 2019.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga menyoroti lamanya waktu kampanye yang menguras energi bangsa luar biasa. Dia menganggap 7 bulan masa kampanye sangat merugikan perekonomian karena negara konsentrasi pada hal-hal yang tidak perlu. "Maka ini perlu ditinjau kembali (kampanye panjang)," ujarnya.

Namun demikian, Moeldoko yang juga tim kampanye Jokowi-Maruf, mengapresiasi penentuan zonasi kampanye terbuka masing-masing calon dengan para pendukung sehingga kampanye berjalan baik, nyaris tanpa gesekan meskipun dengan konsentrasi massa yang banyak.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

"Ini luar biasa patut dicontoh negara lain. Cukup efektif dengan massa yang banyak teknis zonasi ternyata tidak berefek negatif, benturan fisik betul-betul tidak ada," terang Moeldoko.

Terlepas dari tingginya perbedaan yang ada, Ia mengajak semua pihak bahwa semua proses pemilu ada ujungnya. Besok, rakyat akan memilih calon pemimpinnya dan semua akan kembali seperti biasa. 

"Terlalu mahal mempertaruhkan Indonesia sebesar ini hanya karena pemilihan. Pemilu, pilkada sebuah proses demokrasi yang berlalu terus 5 tahun, pasti jalan, tapi kelangsungan bangsa ada dan mutlak kita jaga selamanya.” (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya