Pakar Statistik IPB: Quick Count Akurasinya Tinggi, Tapi Mungkin Salah

Hitung cepat atau quick count Pilpres 2019
Sumber :
  • VIVA

VIVA – Guru Besar Ilmu Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Asep Saefuddin angkat bicara terkait polemik ketidakpercayaan publik terhadap hitung cepat atau quick count (QC) dalam survei Pilpres 2019.

Poltracking Dinilai Lembaga Survei Paling Akurat Prediksi Hasil Pileg 2024

Penjelasan ini, kata dia, agar masyarakat bersabar dan mengetahui bahwa QC bukan merupakan keputusan akhir secara politik.

"QC bukan keputusan akhir yang secara politik sah. QC itu hanya metode keilmuan yang tentu walaupun tingkat akurasinya tinggi tetap saja ada kemungkinan salah," katanya kepada VIVA, Kamis 18 April 2019, malam.

LSI Denny JA Dinilai Paling Akurat Terkait Quick Count Hasil Pilpres 2024

Rektor Universitas Al Azhar Indonesia ini menjelaskan dalam ilmu statistika mengalokasikan adanya dua tipe kesalahan. Yakni salah jenis pertama atau  type one error  (alfa) dan salah jenis kedua atau type two error (beta). 

"Alfa adalah kesalahan di mana kita menyimpulkan bahwa QC salah, padahal kenyataannya benar. Adapun beta adalah kesimpulan bahwa QC adalah benar, padahal kenyataannya salah," ujar Asep. 

Selisih Quick Count LSI Denny JA dengan Real Count KPU Hanya 0,07 Persen

Di sini, kata dia, Alfa berkaitan dengan Selang Kepercayaan (SK), yakni sebesar (100-Alfa) persen. Contohnya, bila alfa 5 persen, maka SK sebesar 95 persen. SK ini, lanjut Asep, jangan diartikan sebagai tingkat kepercayaan yang secara maknawi. Sebab keduanya sangat berbeda.

Alfa dan batas galat (margin of error) itulah yang oleh lembaga survei dipergunakan dalam penentuan ukuran contoh (sample size). Hal itu dimaksudkan agar ‘sample size’ cukup pada Selang Kepercayaan (SK) dan batas galat tertentu.  

Sementara, Asep menyebut, biasanya SK dan batas galat atau margin of error yang diambil adalah masing-masing 95 persen untuk Selang Kepercayaan dan 2 persen untuk margin of error. Akan tetapi, dalam survei atau QC yang sangat penting adalah keacakan (randomness). 

"Keacakan inilah yang menjaga independensi sehingga hasil yang diperoleh itu tak bias (unbiased)," ungkapnya. 

Metode yang tak bias, kata dia, walaupun ukuran contoh (sample size) terlihat kecil tetap sahih (valid) dan dapat dipercaya (reliable) secara keilmuan.

"Bila tidak percaya dengan ‘random sampling’, silakan Anda mencicipi sayur asem satu baskom untuk mengetahui bahwa garamnya sudah cukup atau belum. Orang yang paham statistika dan mampu melakukan pengacakan, maka untuk menduga rasa asin sayur asem itu cukup satu sendok teh saja," jelas dia

Namun demikian, Asep mengajak masyarakat menunggu untuk keputusan akhir pengumuman resmi dari KPU. "Sabar menunggu hasil keputusan KPU," tegasnya.

Seperti diketahui, hitung cepat atau quick count yang digelar sejumlah lembaga survei menempatkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 01, Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai pemenang Pilpres 2019. Jokowi-Ma’ruf unggul di kisaran 54-55 persen dari rivalnya capres cawapres 02 Prabowo-Sandi yang memperoleh kisaran 45-46 persen.

Di sisi lain, kubu Prabowo-Sandi juga mendeklarasikan kemenangannya atas Jokowi-Ma’ruf versi real count internalnya dengan keunggulan 62 persen. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya