Logo BBC

Dapil Neraka, Persaingan Super Ketat untuk Maju ke Senayan

Para pemilih di Bogor, Jawa Barat, mengecek nama-nama caleg di pemilu 2019. Persaingan di Bogor termasuk yang paling ketat. - Reuters
Para pemilih di Bogor, Jawa Barat, mengecek nama-nama caleg di pemilu 2019. Persaingan di Bogor termasuk yang paling ketat. - Reuters
Sumber :
  • bbc

Persaingan di sejumlah daerah pemilihan (dapil) untuk pemilihan umum legislatif (pileg) 2019 begitu ketat sehingga muncul istilah "dapil neraka", istilah yang mungkin dipinjam dari " group of death " persaingan negara-negara adidaya sepak bola di Piala Dunia.

Di dapil-dapil ini para caleg bersaing ketat untuk merebut suara untuk mengantarkan mereka menjadi anggota badan legislatif.

"Dengan jumlah penduduk yang banyak di dapil, sehingga persaingannya menjadi sangat ketat. Apalagi sistem pemilunya menggunakan sistem proporsional terbuka," kata Hurriyah, pengamat politik Universitas Indonesia.

"Ini mendorong caleg harus mendapatkan suara sebanyak-banyaknya, sehingga persaingan di antara caleg-caleg di dapil-dapil tertentu digambarkan sebagai `dapil neraka` karena kerasnya persaingan di dapil-dapil tersebut," jelas Hurriyah.

Sebagai gambaran, di dapil Jawa Barat VI yang meliputi Bekasi dan Depok, seorang caleg harus mendapatkan setidaknya 299.895 suara untuk bisa terpilih menjadi anggota DPR pusat.

Di dapil Jawa Barat V, yang meliputi Kabupaten Bogor, harga satu kursi DPR setara dengan 232.641 suara.

Di sini, bersaing antara lain Fadli Zon (Gerindra), Ferdinand Hutahaean (Partai Demokrat), putra ketua umum Golkar, Ravindra Airlangga, Max Sopacua (Demokrat), Adrian Napitupulu (PDI-P), Sahrul Gunawan (Nasdem), Tommy Kurniawan (PKB), Primus Yustisio (PAN), TB Soenmandjaja (politisi senior PKS), hingga pendatang baru seperti Faldo Maldini (PAN).