Pemilu Serentak 2019 Dinilai Terlalu Ruwet

Rumah duka almarhum Tomi, salah satu petugas KPPS, di Tambaksari Surabaya.
Sumber :
  • VIVA/ Rahmad Noto.

VIVA – Sejumlah pihak mengharapkan adanya evaluasi pemilihan umum serentak. Pendiri Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang menilai, pada prakteknya Pemilu serentak ini tidak sesederhana yang dibayangkan.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

Padahal katanya, Pemilu serentak ini awalnya dimaksudkan untuk menyederhanakan Pemilu, agar tidak terlalu sering dilakukan. Juga dimaksudkan untuk penghematan anggaran.

"Dari pengalaman sekarang ini, menurut saya ini kompleks sekali," katanya di Kantor Formappi, Matraman, Jakarta Timur, Kamis 25 April 2019.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

Karena itu menurut dia wajar jika perlu dipikirkan ada evaluasi kembali. Selain dilakukan serentak, dia menyebut ada dua opsi lain yang bisa dipikirkan, yakni pertama menyelenggarakan Pemilu legislatif dulu baru eksekutif.

Atau yang kedua, melangsungkan Pemilu nasional dulu baru kemudian Pemilu daerah. Pemilu nasional yakni pemilihan DPR dan Presiden. Pemilu daerah yaitu pemilihan kepala daerah dan calon DPRD.

Cerita Prabowo Subianto Bisa Bersatu Dengan Muzakir Manaf, Tokoh GAM yang Dulu Dia Cari

"Jadi tergantung pola mana yang bisa digunakan," ujar Salang.

Menurut dia, banyaknya petugas penyelenggara yang meninggal saat ini adalah karena keruwetan pelaksanaan Pemilu serentak. Sehingga harus dicari formula yang sederhana dalam penghitungan suara dan pengisian dokumen-dokumen.

"Dari sisi teknis operasional penyelenggara di level paling bawah di TPS itu, itu kemudian banyak yang meninggal, itu karena korban dari begitu ruwetnya mekanisme perhitungan suara dan dokumen yang harus dikerjakan," ucap Salang. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya