Tambang Batu Baru Jadi Akar Masalah Banjir Bengkulu

Banjir landa Bengkulu, Minggu, 28 April 2019.
Sumber :
  • BNPB.

VIVA – Hingga kini, sudah 29 orang meninggal dunia dan 13 orang hilang akibat bencana banjir yang melanda kabupaten dan kota Bengkulu, sejak tiga hari terakhir. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bengkulu, tercatat lebih dari 3.880 orang terdampak dan 12 ribu lainnya mengungsi.

Profil Putri Isnari, Pedangdut yang Dilamar Anak Pengusaha dengan Uang Panai Rp2 M

Kerugian tercatat mencapai Rp138 miliar. Perekonomian lumpuh dan banyak ternak warga mati. Tercatat, ada 106 ekor sapi, 21 ekor kambing, empat ekor kerbau yang mati. Ratusan sawah, serta tambak ikut tersapu banjir.

Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah mengatakan, banjir juga menyebabkan fasilitas umum rusak. Meliputi 184 unit rumah dalam kondisi rusak berat, empat fasilitas pendidikan, 40 titik infrastruktur termasuk jalan, jembatan, gorong-gorong, serta 15 jembatan putus.

Potret Putri Isnari yang Geger Dilamar Anak Pengusaha Batu Bara

"Belum dengan 14 titik ruas jalan baik nasional, kabupaten maupun provinsi ikut mengalami kerusakan parah," katanya.

Hingga saat ini, proses evakuasi dan pendistribusian bantuan terus dilakukan. Potensi cuaca ekstrem yang diprediksi terjadi hingga 2 Mei 2019, harus jadi kewaspadaan, karena banjir masih menghantui.

Indika Energy Cetak Laba Bersih 2023 US$119,7 Juta

Aktivis lingkungan yang juga Direktur Kanopi Bengkulu, Ali Akbar, menduga banjir bukan hanya akibat cuaca ekstream, tapi juga faktor lingkungan. Menurutnya, ada akar masalah yang harus diungkap terkait tambang batu bara yang hampir ada diseluruh hulu sungai. Mulai dari Sungai Ketahun, Sungai Musi, Sungai Manna, sampai Sungai Air Bengkulu.

Hulu sungai yang semestinya dibebat hutan, kini sebagiannya telanjang. Tambang batu bara telah mengerat hutan dan melubangi tanahnya tanpa ampun. Sungai yang membelah Kota Bengkulu, bahkan sejak lama sudah tidak bisa menampung muntahan air dari pegunungan. Karenanya, banjir terus berulang setiap tahun.

Air hujan akhirnya tak terbendung dan meruah sampai ke hilir. Semua kelimpungan, pemerintah mengaku tanggap padahal gagap menyikapi muasal bencana. Hujan disalahkan, alam disebut musabab.

"Banjir di Bengkulu, tidak bisa hanya ditimpakan pada hujan. Tetapi, ada akar masalah yang harus diungkap, yaitu tambang batu bara di hulu sungai Bengkulu," ujar Ali. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya