Satu Tahun Bom Gereja Surabaya, Korban: Saya Maafkan Pelaku

Inspektur Dua Ahmad Nurhadi, korban bom gereja Surabaya
Sumber :
  • VIVA / Nur Faishal (Surabaya)

VIVA – Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (SMTB) satu di antara tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, jadi sasaran aksi bom bunuh diri setahun lalu, Minggu pagi, 13 Mei 2018. Selain dua pelaku, enam jemaat meninggal dunia terkena ledakan. Puluhan luka-luka. 

VIDEO: Ungkapan Getir Polisi Korban Bom Surabaya soal WNI Eks ISIS

Salah satu korban luka ialah Inspektur Dua Ahmad Nurhadi, anggota Kepolisian Sektor Gubeng yang saat kejadian bertugas mengamankan kegiatan ibadah Misa di Gereja SMTB. Waktu itu pangkatnya masih Ajun Inspektur Satu. Saat itu, dia bersama rekannya, Junaidi, kebagian tugas berjaga di gereja yang selalu sesak jemaat setiap Minggu itu.

Bom di Gereja SMTB meledak sekira pukul 07.30 WIB. Waktu itu, misa sesi pertama baru selesai. Jemaat hilir-mudik di pintu masuk. Ibadah segera berganti ke Misa sesi kedua. Usai mengatur lalu lintas saat Misa sesi pertama, Ipda Ahmad lalu ke pos pengamanan gereja. Sesaat kemudian, blaarrrr. Panik melanda orang-orang, Ipda Ahmad tak sadarkan diri. 

VIDEO: Korban Cacat akibat Bom Surabaya Tak Rela Eks ISIS Dipulangkan

"Saya waktu itu sedang ada di pos bagian selatan pintu masuk. Di depan pos itu ada meja dan kursi. Saat pelaku masuk, kita sedang duduk dan langsung meledak. kita enggak ada yang nyangka," kata Ipda Ahmad di sela acara refleksi setahun Bom Surabaya di Gereja SMTB Jalan Ngagel Madya Surabaya, Jawa Timur, pada Senin malam, 13 Mei 2019. 

Ipda Ahmad mengalami luka serius di bagian kaki. Paling parah kaki kiri. Dia juga mengalami kebutaan karena bagian vital matanya terkena serpihan ledakan dan rusak. Akibatnya, dia kini dia beraktivitas dengan bantuan kursi roda. Kendati begitu, dia mengaku sudah memaafkan pelaku. "Saya maafkan, biar Yang Maha Kuasa yang mengadili." ucap dia. 

Mensos: Kejiwaan Anak-anak Bomber Surabaya Belum Stabil

Bom Surabaya terjadi selama dua hari. Pada Minggu pagi, 13 Mei 2018, serangan bom bunuh diri menyasar tiga gereja dalam waktu hampir bersamaan. Pelakunya satu keluarga. Di Gereja SMTB, bom bunuh diri dilakukan oleh dua pemuda bersaudara, yakni YF (18 tahun) dan FA (16).

Beberapa menit kemudian, bom kedua meledak di GKI Jalan Diponegoro. Pelakunya ibu dari dua pemuda tersebut, yakni Puji Kuswati (43), yang mengajak dua putrinya, FS (12 dan FR (9). Sedangkan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Jalan Raya Arjuno dilakukan oleh kepala keluarga itu, Dita Oepriarto (48). Mereka semua tewas. 

Keesokan paginya, Senin, 14 Mei 2018, giliran Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya jadi sasaran bom bunuh diri. Pelakunya Tri Murtiono (50) yang mengajak istrinya, Tri Ernawati (43) dan ketiga anaknya, MDA (19), MDS (15), dan AAP (7). Hanya AAP yang selamat dan hingga kini dalam proses pemulihan.

Belakangan diketahui pelaku adalah bagian dari kelompok Jamaah Anshorud Daulah atau JAD, kelompok ekstrem yang tumbuh di Indonesia dan berbaiat ke ISIS. Termasuk pelaku, total korban tewas dalam peristiwa Bom Surabaya sebanyak 28 orang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya