Usai Liput Pemilu, Wartawan di Padang Terserang Penyakit Langka

Primadoni (38 tahun) diserang penyakit langka usai liput pemilu.
Sumber :
  • VIVA/ Andri Mardiansyah.

VIVA - Seorang wartawan media online di Kota Padang, Sumatera Barat, Primadoni (38 tahun), kini hanya bisa terbaring lesu tak berdaya di rumah kediamannya di kompleks Kebun Indah Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Usai melakukan tugas peliputan patroli pemantauan politik uang bersama Bawaslu di Kabupaten Dharmasraya pertengahan April lalu, kedua kaki dan kedua tangannya mendadak hilang tenaga.

Celine Dion Ungkap Penyakit Langka yang Dideritanya: "Saya Berharap Ada Keajaiban"

Meski masih bisa digerakkan, namun Primadoni merasa kedua kaki dan tangannya itu sama sekali tidak bertenaga. Untuk beraktifitas seperti mengangkat telepon, minum, makan, hingga duduk, Doni dibantu oleh sang istri yang tetap setia merawat dan memberikan semangat.

"Awalnya, yang saya rasakan betis kaki sebelah kanan sedikit terasa sakit. Lama kelamaan, seluruh tenaga di kedua kaki dan tangan saya hilang. Saya kesulitan untuk mengangkat benda dan menggerakkan tubuh saya. Kondisi ini sudah satu bulan saya alami," kata Primadoni, Rabu 15 Mei 2019.

Kisah Sofia Hart Tidak Punya Denyut Nadi, Bagaimana Bisa Bertahan Hidup?

Menurut Primadoni, dia sempat dirawat selama tiga hari di Rumah Sakit BMC Padang. Namun, lantaran pihak rumah sakit tidak menemukan jenis penyakitnya, dia memutuskan untuk pulang kerumah.

Selain di BMC upaya pengobatan juga dilakukan di Semen Padang Hospital, bahkan sudah menjalankan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Namun, hasil MRI bersih dan tidak menemukan keganjilan saraf dibagian leher maupun otak.

Langka! Wanita Ini Alergi Air, Bagaimana Kehidupannya?

Kondisi yang menimpa Primadoni ini, menyita perhatian Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul. Selasa kemarin, Nasrul Abit menyempatkan diri mendatangi rumah kediaman Primadoni. Nasrul Abit datang bersama dengan Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Merry Yuliesdai, dan tiga orang Dokter ahli saraf.

"Di balik kerja keras peliputan dalam pemilu. Doni wartawan Sumbar, sepulang monitoring pemilu dengan Bawaslu Sumbar di Dhamasraya, tiba-tiba kaki dan tangannya tak ada tenaga untuk difungsikan. Kasihan sekali saat ini Doni hanya bisa duduk atau tidur. Ada istrinya yang sehari-hari ibu rumah tangga dan dua anak yang masih sangat kecil," kata Nasrul Abit.

Nasrul Abit menambahkan kedatangannya tidak hanya melihat dan memberikan support kepada Primadoni. Namun, lebih dari itu yakni untuk memastikan jenis penyakitnya. Untuk mengobati Doni, pilihan sangat sulit, satu alat di RSUP M Djamil tak di cover BPJS dengan biaya fantastis.

Satu alat lainnya, sedang rusak. Sementara ada saran berobat dengan rujukan ke RSCM Jakarta. Tentu berobat ke RSCM bukan hal sederhana. Satu-satu nya yang bisa dilakukan dalam waktu dekat adalah physiotherapy di RSUP M Djamil.

Terserang Guillain-Barre Syndrome

Sementara itu, Dedi Sutia salah satu Dokter ahli syaraf menyebutkan kalau berdasarkan hasil pengamatan sementara, Primadoni di diagnosa mengidap penyakit Guillain-Barre syndrome (GBS). Penyakit ini terbilang langka, yang diserang adalah jaringan saraf kaki dan tangan hingga tak bisa digerakan.

"Guillain-Barre syndrome adalah sebuah gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang saraf. Lemah dan kesemutan pada kaki, biasanya menjadi gejala yang paling awal. Dalam bentuk yang paling parah, sindrom ini adalah darurat medis yang membutuhkan perawatan secara inap," ujar Dedi Sutia.

Dedi menjelaskan Guillain-Barre syndrome ini terdiri dari beberapa jenis. Tentu, kita harus mencari tahu dulu ini bagian dari lembaran jenis yang mana sehingga kita dapatkan penanganan yang lebih spsifik dan perkiraan kemungkinan akan kesembuhan terhadap pasien.

Salah satu langkah yang akan diambil saat ini adalah, melakukan sejumah pemeriksaan terhadap pasien. Disamping iu, juga akan melakukan rehabilitasi motorik atau physiotherapy untuk megembalika kekuatan motoriknya.

"Kita sarankan juga ke Jakarta untuk memastikan diagnosis tipe atau jenis dari Guillain-Barre syndrome ini," tutur Dedi Sutia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya