- ANTARA FOTO/Didik Suhartono
VIVA – Densus 88 Antiteror kembali menangkap seorang terduga teroris di Jawa Timur pada Sabtu, 18 Mei 2019. Terduga yang ditangkap berinisial AS (44 tahun), warga yang tinggal di kompleks Perumahan Griya Suci Permai Baru, Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Kepala Kepolisian Resor Gresik Ajun Komisaris Besar Polisi Wahyu Sri Biantoro membenarkan ihwal penangkapan terduga teroris itu. “Tadi pagi pada pukul 04.45 kami Polres Gresik mem-back up tim Densus 88 Antiteror melakukan penangkapan satu terduga,” katanya dihubungi VIVA.
Wahyu menjelaskan, tim Densus juga menyita sejumlah barang bukti berupa telepon genggam dan laptop. Dia mengaku tidak mengetahui apa isi dari telepon genggam dan laptop milik terduga yang disita itu. “Terduga sudah dibawa tim Densus 88 ke Jakarta,” ujarnya.
AS diketahui berasal dari Banyumanik, Jawa Tengah. Di Perumahan Griya Suci Permai Baru, dia mengontrak sebuah rumah sejak Januari lalu. Di sana AS tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. “Dia asli Jawa Tengah, di Gresik ngontrak sejak lima bulan lalu, dari Januari,” kata Wahyu.
Penangkapan terduga teroris di Gresik itu adalah yang ketiga di Jawa Timur selama sepekan terakhir. Pada Selasa, 14 Mei 2019, seorang terduga teroris berinisial JP ditangkap tim Densus 88 di Pasar Sayur Caruban, Kabupaten Madiun. JP juga diketahui berasal dari Jawa Tengah.
Sehari berikutnya, giliran Kabupaten Nganjuk disisir tim antiteror. Di sana, seorang pria berinisial DY (32) diringkus karena diduga juga berkelindan dengan jaringan teroris. DY diciduk saat membeli pulsa bersama istrinya di sebuah konter telepon seluler di Desa Tanjung Tani, Kecamtan Prambon, Kabupaten Nganjuk.
DY diketahui tinggal di Jalan Mesjid Al Ikhlas RT 08 RW 10, Kelurahan Kranji Kecamatan/Kabupaten Bekasi Barat. Sedangkan alamat domisili terakhir di Dusun Tunggulrejo, RT 07 RW 03, Desa Baleturi, Kecamatan Prambon, Nganjuk.
Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?
Argentina menuduh Iran sebagai pelaku tindakan terorisme. Tuduhan ini muncul setelah lebih dari tiga dekade serangan yang mengakibatkan korban jiwa di Buenos Aires, Argen
