Hendi Hidupkan Kembali Kawasan Heritage Kota Semarang

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi Mengunjungi Klenteng Tay Kak Sie.
Sumber :

Pemerintah Kota Semarang terus berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan yang salah satunya dilakukan melalui revitalisasi kawasan heritage.

Upayakan Kesejahteraan Petani, Pemkot Semarang Launching Badan Usaha Milik Petani

Saat ini, revitalisasi kawasan heritage masih berfokus pada penataan Kota Lama dan revitalisasi Pasar Johar.

Usai dua lokasi tersebut, Pemerintah Kota Semarang berencana akan melakukan revitalisasi Pecinan Kota Semarang dan Detail Engineering Design (DED) pun sudah ada.

Hari Pertama Kerja, Hendi Temui Menko Luhut Bahas RUU Pengadaan

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengungkapkan bahwa wisata heritage di Kota Semarang tak hanya terbatas pada kawasan arsitektur Eropa di Kota Lama saja, melainkan masih banyak lokasi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan.

“Selain itu (Kota Lama), masih banyak lokasi bersejarah yang bisa dikembangkan untuk wisata. Masih ada kawasan Kauman, Pekojan, Pecinan, dan Kampung Melayu,” ujar Hendi, biasa Wali Kota disapa.

Jalankan Perintah Jokowi, Hendi Buka Layanan Terpadu P3DN di Semarang

 “Kawasan-kawasan ini akan dihidupkan kembali untuk menjadi sebuah kawasan wisata heritage di Kota Semarang yang terintegrasi,”ujar Hendi.

Melalui kawasan heritage terintegrasi ini diharapkan ke depan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di sektor sejarah. Terlebih, saat ini revitalisasi Kota Lama telah mencapai 95% dan menurutnya semakin menarik untuk dikunjungi wisatawan.  

Menindaklanjuti rencana Wali Kota, Sekretaris Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Semarang Irwansyah mengungkapkan terkait revitalisasi Pecinan sudah ada Detail Engineering Design (DED)-nya, sedangkan revitalisasi Kampung Melayu masih dalam proses perencanaan awal.

“Untuk Kampung Melayu, kita sebentar lagi akan mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat untuk kemudian kita teruskan ke DED dan nantinya juga ada pembangunan fisiknya,“ ungkap Irwansyah.

Salah satu yang menjadi fokus yakni perbaikan menara di Masjid Kampung Melayu.

Kota Semarang sendiri memiliki sejarah panjang sebagai kota melting point beragam suku dan etnis.

Kondisi tersebut membawa implikasi hadirnya sejumlah budaya dan arsitektur bangunan di beberapa perkampungan di mana etnis tersebut bermukim, seperti Kampung Pecinan, Kampung Kauman, Kampung Eropa, Kampung Pekojan, dan Kampung Melayu.

Ragam etnis, budaya, dan peninggalan bangunan menjadi modal untuk memikat wisatawan.

“Prinsipnya, dalam proses pembangunan kota, tidak boleh ada bangunan yang tidak berfungsi. Kita juga sudah tahu bangunan cagar budaya setelah diolah bisa menjadi potensi,” ujar Irwansyah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya