BMKG Akui Gempa Berpotensi Landa Wilayah Selatan Jawa

Gempa bumi yang berpusat di selatan Jawa.
Sumber :
  • Twitter

VIVA - Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengaku selama tiga hari ini, diminta banyak pihak untuk membuat klarifikasi terkait potensi gempa di Selatan Jawa.

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Jawabannya adalah bahwa semua pihak harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah mereka memang rawan gempa dan tsunami.

"Khususnya wilayah Selatan Jawa, keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia, merupakan generator gempa kuat, sehingga wajar jika wilayah Selatan Jawa, merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami," kata Daryono, melalui siaran persnya, Sabtu 20 Juli 2019.

Gempa di Taiwan, 18 Orang Masih Hilang

Daryono menuturkan, wilayah Samudra Hindia Selatan Jawa, sudah sering kali terjadi gempa besar dengan kekuatan di atas M=7,0. Sejarah mencatat daftar gempa besar seperti gempa Samudra Hindia tahun 1863, 1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945, 1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006.

Sementara itu, tsunami Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006.

Gempa Magnitudo 6 Guncang Jepang, Tak Ada Peringatan Tsunami

"Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar, bukanlah berita bohong. Besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada satupun orang yang tahu," kata dia.

Untuk itu, lanjut Daryono, dalam ketidakpastian kapan terjadinya, semua pihak harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural yang nyata dengan cara membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat, terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami.

"Inilah risiko tinggal dan menumpang hidup di pertemuan batas lempeng. Sehingga, mau tidak mau, suka tidak suka inilah risiko yang harus kita hadapi," ujarnya.

Apakah dengan mengetahui wilayah dekat dengan zona megathrust lantas masyarakat cemas dan takut? Daryono menegaskan, mereka tidak perlu cemas dan takut.

"Semua informasi potensi gempa dan tsunami harus direspons dengan langkah nyata, dengan cara memperkuat mitigasi. Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi, maka kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap dapat hidup dengan selamat, aman, dan nyaman di daerah rawan gempa," katanya.

Daryono menambahkan, peristiwa gempa bumi dan tsunami adalah keniscayaan di wilayah Indonesia. Yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder, dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya