Delapan Meninggal dan 51.637 Jiwa Mengungsi akibat Gempa Halmahera

Para pengungsi korban gempa di Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Sumber :
  • VIVA/Ifan Gusti

VIVA – Posko induk penanganan bencana gempa di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, mencatat 8 orang meninggal dunia dan 51.637 jiwa mengungsi akibat bencana itu berdasarkan data yang dimutakhirkan pada Minggu malam, 21 Juli 2019.

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Kedelapan orang yang tewas, antara lain karena tertimpa reruntuhan bangunan atau sakit di lokasi pengungsian. Semua pengungsi ialah warga dari sebelas kecamatan, termasuk Kecamatan Bacan dan Kecamatan Gane.

Korban luka berjumlah 129 orang, baik luka ringan maupun luka berat. Bangunan rusak sebanyak 2.734 unit dengan rincian 1.176 unit berat dan 1.558 unit rusak ringan.

Gempa di Taiwan, 18 Orang Masih Hilang

Kebanyakan warga yang mengungsi bukan karena hunian mereka rusak, melainkan cenderung ketakutan akan terjadi gempa susulan sehingga sebagian dari mereka saat siang memilih keluar dari barak pengungsian ke desa, kemudian balik malam untuk istirahat di barak.

“Kalau malam mau tidur baru mereka menuju barak untuk tidur sehingga jumlah mereka membengkak,” kata Kolonel Infantri Endro Sutoto, Koordinator Satuan Tugas Nusa Bima Penangulangan Bencana Halmahera Selatan.

Gempa Magnitudo 6 Guncang Jepang, Tak Ada Peringatan Tsunami

Untuk mengecek kesehatan semua pengungsi di berbagai kecamatan, aparat menyebarkan tim medis menggunakan dua helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Bupati Halmahera Selatan Bahrain Kasuba mengklaim, penanganan ribuan pengungsi sudah berjalan maksimal. “Yang masih kurang saat ini adalah mengembalikan kondisi masyarakat yang terganggu pasca-bencana," ujarnya usai memantau ke Pos Penanggulangan Bencana di Kecamatan Gane Barat. 

Ia berharap, semua aparatur pemerintah daerah, termasuk para guru sekolah, segera beraktivitas lagi. Sementara fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas, diminta mengaktifkan pelayanan agar aktivitas dapat kembali normal.
 
“Kami tidak memaksakan warga namun kami, Pemda, sudah mulai merancang pemulihan pascabencana terutama bagi para siswa dengan memfokuskan mereka pada metode trauma healing,” kata Bahrain.

Hingga Minggu malam, Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika Stasiun Ternate mencatat terjadi 132 gempa susulan setelah gempa utama magnitudo 7,2 SR pada 14 Juli 2019. Gempa terakhir yang tercatat terjadi pukul 8.00 WIT di 20 kilometer Labuha-Obi dengan kekuatan Magnitudo 3,8.

Laporan Ifan Gusti/Halmahera Selatan

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya