Harga Cabai Mahal, DPR Minta Bulog dan Mentan Turun Tangan

Pedagang menyortir cabai merah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

VIVA – Anggota Komisi IV Andi Akmal Pasludin angkat suara mengenai tingginya harga cabai. Dia menyebut harusnya pemerintah menugaskan Bulog untuk melakukan manajemen komoditi agar harga cabai tidak meroket.

Tinjau Pasar Kota Wonogiri, Jokowi: Harga Bagus, yang Agak Naik Beras

"Misalnya teknologi penyimpanan cabai. Cabai ini tidak bisa lama. Tetapi harusnya Bulog bisa berfungsi membina petani ketika menjelang hari raya. Bisa kerjasama dengan petani dengan harga yang disepakati di awak. Kalau tidak ada kesepatakan di awal, petani juga malas menanam cabai," kata Andi di Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2019.

Andi juga meminta pemerintah bertanggungjawab melindungi petani dan konsumen. Menurutnya, kalau sekarang yang dirugikan adalah konsumen karena harganya melonjak. Dia mengusulkan langkah jangka pendek yang bisa dilakukan adalah operasi pasar. 

Daftar Harga Pangan 16 Januari 2024: Beras hingga Daging Naik

Kemudian Menteri Pertanian dan Bulog bisa membeli cabai di daerah lain di Makassar atau Sumatera di bawa ke Jawa. 

"Dengan kondisi seperti ini, pemerintah harus turun tangan. Tangannya pemerintah itu Bulog dan kementerian pertanian tidak bisa lepas tangan. Tidak bisa menyalahkan pasar dan masyarakat," ujar dia.

Heboh Isu Harga Cabai Rawit Tembus Rp 450.000 per Kg, Bapanas Angkat Bicara

Apalagi, kata dia, anggaran di Kementan untuk petani sangat banyak. Namun, Kementan tidak ada anggaran untuk membeli karena bukan tugasnya. 

"Sekarang itu bagaimana Kementan mengikat Bulog membeli produksi petani. Harusnya Bulog itu bisa membeli dan menjual. Selama ini di lapangan Bulog ini selalu dimanjakan dengan subsidi. Belum begitu kreatif. Kenaikan harga selalu terulang, kenapa tidak diantisipasi. Itu yang kita sesalkan sebagai wakil rakyat," ujar dia.

Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Rachmat Hidayat mengatakan, dengan harga cabai tinggi tentu saja pengeluaran modal semakin besar. Jika terus seperti ini, tidak menutup kemungkinan industri makanan bisa merugi atau gulung.

"Kita berharap tidak lama dan tinggi karena bisa membahayakan secara keseluruhan. Masyarakat akan terpukul duluan berikutnya industri," kata Rachmat.

"Karena kita tidak beli dari kebun. Kita menyetok proses pengeringan dan sebagainya. Stok kita itu masih bisa mengelola kenaikan harga yang sangat luar biasa ini. Cuma usia stok kita kan ada umurnya. Bisa habis. Kalau habis kita baru akan merasakan," kata Rachmat.

Jawaban Pemerintah

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengatakan hambatan produksi disebabkan oleh petani cabai yang tidak merawat tanaman dan memanen cabai.

"Ya ini memang karena pengaruh yang jelas karena kemarin kan cabai sempat harganya jatuh. Nah karena harga jatuh, tanaman nggak dirawat oleh petani,” ujar Prihasto.

Ia menceritakan, harga cabai merah di tingkat petani 2-3 bulan yang lalu sempat jatuh hingga berada di level Rp 5.000/kg. Menurutnya, jatuhnya harga membuat petani malas memanen cabai merah karena biaya panen lebih mahal dari harga jual, di mana ongkos panen sekitar Rp 6.000/kg. 

Hal itulah yang membuat petani akhirnya tidak merawat dan tidak memanen tanaman cabainya sehingga membuat produksi cabai berkurang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya