Lahir Miskin, 4 Fakta Masa Kecil Soekarno yang Memprihatinkan

Presiden RI Pertama Ir.Soekarno
Sumber :
  • chello.nl

VIVA – Nama Soekarno sebagai Bapak Pendiri Bangsa sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia tentu enggak asing bagi kamu. Sosoknya yang karismatik dan tegas membuatnya tak cuma dicintai oleh rakyatnya, tapi juga disegani oleh para pemimpin dunia.

Museum Kepresidenan RI Gelar Walking Tour Gratis

Ada lagi, tokoh proklamator ini juga terkenal sebagai sosok yang cerdas. Ia menguasai setidaknya 10 bahasa, yakni Belanda, Inggris, Jerman, Arab, Prancis, Jepang, Jawa, Sunda, Bali, Melayu. Ia juga terkenal doyan banget baca buku.

Semua pemikirannya itu kemudian dituangkan dalam berbagai buku penting yang wajib kamu baca, beberapa di antaranya Indonesia Menggugat, Di bawah Bendera Revolusi, hingga Sarinah. Sayangnya, tak banyak yang tahu bahwa Soekarno sendiri lahir dari keluarga miskin dan juga seorang anak yang sakit-sakitan.

Sosok Jenderal M Jusuf, Panglima ABRI yang Bikin Soeharto Ketar-ketir Gegara Kalah Pamor

Nah, berikut ini sejumlah fakta tentang Soekarno yang tidak banyak diketahui orang:

Seorang Gemini

Bingung? Ini Perbedaan Jenderal Kehormatan, Jenderal Besar dan Jenderal TNI

Soekarno lahir pada tanggal enam, bulan enam membuatnya memiliki zodiak Gemini yang dilambangkan dengan sosok cewek kembar. Ini pula yang menurutnya, menggambarkan dua sifatnya yang berlawanan.

"Aku bisa lunak dan aku bisa cerewet. Aku bisa keras laksana baja dan aku bisa lembut berirama. Pembawaanku adalah paduan dari pada pikiran sehat dan getaran perasaan. Aku seorang yang suka memaafkan, akan tetapi aku pun seorang yang keras kepala," demikian kata Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adam.

Lahir dari keluarga miskin

Soekarno dilahirkan dan dibesarkan dalam kemiskinan. Ia tidak punya sepatu, tidak mandi dari air keran, bahkan tidak mengenal sendok garpu. Menurut penuturannya, gaji sang ayah juga sangat kecil pada saat itu. Belum lagi, uang tersebut harus berkurang untuk membayar sewa rumah.

Ketika berusia enam tahun, ia pindah ke Mojokerto. Di sana Soekarno kecil tinggal di daerah miskin. Bahkan saking miskinnya, mereka hampir tidak pernah merayakan Lebaran.

"Di hari Lebaran lebih setengah abad yang lalu, aku berbaring seorang diri dalam kamar tidurku yang kecil yang hanya cukup untuk satu tempat tidur. Dengan hati yang gundah, aku mengintip keluar arah ke langit melalui buah lubang udara yang kecil-kecil pada dinding bambu," kata dia, dulu.

Tapi nyatanya lubang udara itu, besarnya sebesar batu bata. Dia kala itu, dia merasa sangat malang. Hatinya serasa akan pecah karena di sekelilingnya justru terdengar bunyi petasan berletusan dan sorak-sorai kawan-kawannya karena kegirangan.

"Betapa hancurlah rasa hatiku yang kecil itu memikirkan, mengapa semua kawan-kawanku dengan jalan bagaimana pun dapat membeli petasan yang harganya satu sen itu dan aku tidak," ujarnya.

Baca juga:

Salma, Si Paskibraka Ayu Pembawa Baki Bendera di Istana Negara

Sakit-sakitan

Ketika Soekarno berumur 11 tahun, ia pernah diserang penyakit tipus dalam waktu yang lama. Bahkan ia menggambarkan dirinya berada di ambang kematian. Kala itu hanya sang ayah yang mendorong Soekarno untuk tetap hidup.

Sang ayah tidur di bawah tempat tidur bambunya, berbaring di atas lantai semen yang lembap, hanya dialas dengan tikar pandan yang tipis dan lusuh, tepat di bawah bilah-bilah tempat tidur. Sang ayah melakukannya sepanjang hari dan sepanjang malam selama dua setengah bulan.

Menurutnya, itu dilakukan bukan karena tak ada tempat lain, namun karena kepercayaan ayahnya. Selain itu, sang ayah juga ingin berdoa terus, memohon siang malam agar putranya diselamatkan dan mendapat kekuatan-kekuatan dari Yang Maha Kuasa.

"Akan tetapi supaya kekuatan mistiknya dapat memberikan manfaat secara penuh, yang dicurahkannya langsung dari badannya ke seluruh tubuhku, maka ia harus berbaring di bawahku," tutur Soekarno.

Lahir dengan nama Kusno

Soekarno sendiri lahir dengan nama Kusno. Namun karena ia sering sakit, sang ayah percaya bahwa namanya tidak cocok, sehingga orangtuanya memutuskan untuk mengganti namanya.

Sang ayah yang merupakan penggemar Mahabharata kemudian memberikan nama Karna yang merupakan pahlawan terbesar dari cerita Mahabharata. Karna dikenal sebagai sosok yang kuat, besar, dan tersohor karena keberaniannya. Ia juga pejuang bagi negaranya.

"Jadi Soekarno berarti pahlawan yang baik. Karena itulah maka Soekarno menjadi namaku yang sebenarnya dan satu-satunya," ucap Bung Karno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya