Logo timesindonesia

Wilayah Terdampak Kekeringan di Magetan Makin Banyak

Suasana droping air bersih di salah satu wilayah terdampak kekeringan di Magetan. (Foto: M Kilat Adinugroho/TIMES Indonesia)
Suasana droping air bersih di salah satu wilayah terdampak kekeringan di Magetan. (Foto: M Kilat Adinugroho/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magetan menyebut, jumlah desa yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih di Magetan, Jawa Timur, meluas dari 4 desa menjadi 7 desa. Hal ini karena sumur maupun sumber air milik warga mulai mengering akibat kemarau panjang.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Magetan, Fery Yoga Saputra mengatakan, tujuh desa yang mengalami kekeringan hingga berdampak krisis air bersih tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Parang dan Kecamatan Karas.

"Sementara ribuan warga terdampak di Kecamatan Parang berada di Desa Trosono, Sayutan, Mategal, Pragak. Selanjutnya, Kecamatan Karas terdapat di Desa kuwon, Karas, dan Sobontoro. Namun, Desa Sobontoro, Karas, dan Mategal adalah tambahan baru," ujar Fery, Selasa (10/9/2019).

Menurut data BPBD Magetan, hingga saat ini, kondisi yang melanda 7 desa tersebut berdampak pada sekitar 6.613 jiwa. Jumlah itu cenderung meningkat jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

"Sebelumnya ada 5.114 jiwa yang terdampak, termasuk Pragak," ungkapnya.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan warga yang mengalami krisis air bersih, BPBD Magetan melakukan droping air bersih hingga masuk musim penghujan. Diprediksi, musim kemarau tahun ini akan berlangsung hingga Oktober 2019 mendatang.

"Itu hanya penanganan sementara. Kami sudah melangkah untuk tahun depan di beberapa wilayah kami selesaikan dengan mengusulkan ke Provinsi maupun Balai BWS," imbuhnya.