Reuni 212 Gerakan Melawan Penista Agama, Benarkah Tak Tuntut Sukmawati

Jutaan umat Islam saat mengikuti aksi reuni 212 di Monas, Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Bima Sena

VIVA – Persaudaraan Alumni 212 akan menggelar reuni 212 sebagai salah satu wadah untuk tempat berkumpul umat. Sebagai gerakan umat, keberadaan 212 adalah anugerah besar. Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212, Slamet Maarif mengatakan, pada 2019 ini reuni 212 memasuki tahun ketiga. Eksistensi ini adalah anugerah yang wajib disyukuri.

Ribuan Aparat Keamanan Jaga Aksi PA 212 dan Ormas Lain Depan Kedubes AS

Selain akan menyelenggarakan Maulid Agung Nabi besar Muhammad SAW, kegiatan ini memiliki tiga esensi besar dan bukan sebagai bentuk unjuk rasa untuk menuntut agar Sukmawati Soekarnoputri dihukum atas dugaan penistaan agama.
   
Esensi pertama, bahwa lewat 212 umat Islam berkumpul dengan nilai-nilai persaudaraan. Membuktikan bahwa jutaan umat Islam mampu berkumpul dengan penuh dengan kedamaian.

"212 membuktikan bahwa ketika umat berkumpul penuh dengan toleransi. Berkumpul, lokasi bersih, berkumpul dan bersatu dengan agama-agama lain, faktanya di lapangan penuh dengan nilai-nilai toleransi. Umat bahkan saling berbagi," katanya saat berbincang dengan tvOne, Selasa malam, 26 November 2019.

Catat 18 Kantong Parkir saat Munajat 212 di Monas

Baca juga:

Reuni 212 dan Aroma Tuntutan Terhadap Sukmawati

Penampakan Ribuan Warga di Munajat Kubro 212 yang Digelar dari Jam 3 Pagi di Monas

Agnez Mo Dihujat dan Miyabi Muncul Sebagai Pendukung Indonesia

Sementara yang kedua, tidak bisa dilupakan bahwa 212 ada atas gerakan untuk melawan penista agama, penoda agama. Karena itu PA 212 akan tetap konsisten dan istiqomah mempertahan spirit 212 dalam melawan penista agama.

"Sampai saat ini tidak berhenti. Masih banyak penista agama. Kita menginginkan siapa saja dia, agamanya apapun tidak boleh menistakan agama lain. persoalannya kan belum selesai, yang terakhir muncul Sukmawati," kata Slamet Maarif.

Kemudian yang ketiga, lewat acara maulid agung dan reuni, PA 212 ingin merekatkan kembali nilai-nilai persaudaraan seluruh anak bangsa. Karena gesekan-gesekan terhadap umat sempat terlihat tajam.

"Reuni 212 pada 2019 ini, kita ingin menjadikan moment untuk merekatkan kembali nilai-nalai persatuan. Makanya tema yang kita usung itu rekatkan persaudaraan, membangun ukhuwah Islamiah, untuk menjaga spirit 212 melawan penista agama, menegakkan keadilan di negara yang kita citai ini," katanya.

Ditegaskan Slamet Maarif, tiga esensi ini menjadi dasar digelarnya acara maulid agung sekaligus reuni 212. Dipastikan, tidak ada tuntutan terhadap kasus yang menimpa Sukmawati.

Baca: Pengusaha Properti Ciputra Meninggal Dunia di Usia 88 Tahun

Namun begitu, Slamet Maarif kembali mengingatkan bahwa semua anak bangsa tidak boleh menistakan agama. Lewat reuni nanti, PA 212 tetap akan mengingatkan semua anak bangsa dan tidak membawa agenda tuntutan terhadap Sukmawati.   

"Tuntutan itu bentuknya demo, kita minta ketemu, audensi, ini kan tidak. Bentuknya kita zikir, munajat kepada Allah, kemudian ada tausiah, jadi bukan tuntutan, tapi kita mengingatkan semua anak bangsa, bahwa tidak boleh anak bangsa menistakan agama," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya