Kontroversi Dirut Garuda, Alihkan Rute Hingga Koper Tumi Rp10 Juta

Dirut Garuda Ari Ashkara.
Sumber :

VIVA – Menteri BUMN, Erick Thohir mencopot I Gusti Ngurah Ari Askhara alias Ari Askhara dari jabatannya Direktur Utama PT Garuda Indonesia. Diduga, Ari Askhara menyelundupkan komponen motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.

Garuda Indonesia Pastikan Tak Ada Kenaikan Harga Tiket di Mudik Lebaran 2024

Ternyata, langkah Erick Thohir memecat Ari Askhara mendapatkan dukungan dari Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI). Karena, Ari Askhara dianggap sering membuat kebijakan-kebijakan yang kontroversial selama memimpin Garuda Indonesia.

Pengalihan rute penerbangan

Begini Respons Dirut soal Rencana Merger Garuda Indonesia dengan Pelita Air

Ketua Umum IKAGI, Zaenal Muttaqin mengatakan Ari Askhara melakukan pengalihan rute penerbangan London dan Amsterdam via Denpasar-Kualanamu. Menurut dia, pengalihan rute penerbangan ini sangat merugikan awak kabin.

“Perjalanan ini panjang sekali sehingga jam kerja kami melebihi batas kewajaran sebagai pekerja. Itu malah hampir 19 jam lebih perjalanan kita, dari Denpasar-Kualanamu-Amsterdam,” kata Zaenal di Cilandak pada Jumat, 6 Desember 2019.

Dirut Garuda Pastikan PMN Rp 7,5 Triliun Bukan untuk Bayar Utang : Saya Tak Mau Masuk Penjara

Tapi, Zaenal tidak mengetahui alasan Ari Askhara mengeluarkan kebijakan melakukan pengalihan rute penerbangan. Seharusnya, penerbangan bisa langsung dari Jakarta ke Amsterdam.

“Saya tidak punya keterangan seperti apa, apa alasan mendasar peralihan rute tersebut,” ujarnya.

Grounded awak kabin seenaknya

Zaenal mengatakan Ari Askhara juga sering membuat kebijakan yang merugikan awak kabin seperti menghentikan iuran anggota, mempersulit terjadinya perjanjian kerja bersama (PKB), menggrounded atau melarang terbang para pengurus serikat pekerja dan lainnya.

Contohnya, kata dia, apabila ada pramugari tiba-tiba difoto seseorang dengan fose close up memakai seragam dengan koper di bawah. Kemudian, foto itu diunggah ke media sosial dan diketahui pihak manajemen langsung digrounded 3 bulan.

“Sebetulnya banyak yang digrounded, ada yang satu bulan, dua bulan sampai enam bulan. Jadi variatif, kesalahan juga variatif ada yang teknis dan non teknis. Tapi, grounded itu sebenarnya tidak diatur dalam perjanjian kerja bersama,” kata Zaenal.

Menurut dia, grounded bagi manajemen merupakan hal yang sifatnya pembinaan. Tetapi, kata dia, justru bagi serikat awak kabin bukan pembinaan. Karena, mereka mendapatkan ari dua pokok yaitu gaji pokok dan uang terbang.

“Kalau kami digrounded, berarti uang terbang hilang. Kalau kita bilang itu bukan pembinaan, itu sasaran kami sebagai pegawai Garuda. Artinya, kalau saya digrounded itu indikasinya perusahaan melakukan anti serikat kepada kita,” ujarnya.

Sementara, lanjut dia, berapa jumlah awak kabin yang digrounded tidak bisa dihitung secara pasti. Namun, untuk periode sekarang jelas lebih banyak yang digrounded karena manajemen lebih simpel beralasan non teknis.

“Seolah-olah hal itu mengganggu performance atau kinerja perusahaan, sehingga mereka langsung dinyatakan grounded oleh pihak manajemen,” tandasnya.

Janjikan koper tumi senilai Rp10 juta

Ari Askhara juga pernah menjanjikan akan membelikan 3.500 awak kabin di seluruh Indonesia koper bermerek Tumi. Koper tersebut diperkirakan bernilai minimal Rp10 juta. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya