Daripada Ribut, Yusuf Mansur Ajak Doakan Rakyat Uighur

Ustaz Yusuf Mansur
Sumber :
  • dok.ist

VIVA –  Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur'an, Ustaz Yusuf Mansur meminta pemerintah untuk proaktif mencari tahu kebenaran informasi soal pelanggaran HAM terhadap rakyat Uighur di China. Dia juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mendoakan rakyat Uighur. 

Mengenal Xinjiang, Rumah Mayoritas Muslim di Negara China

"Pemerintah harus pro-aktif tapi saya sebagai rakyat memilih posisi berdoa dan mendoakan rakyat Uighur, termasuk mendoakan pemerintah untuk mencari tahu situasi ini," kata dia dikutip dari YouTube tvOne.

Dia mengatakan bahwa pemerintah harus memiliki keseriusan mencari tahu informasi sebenarnya yang menimpa rakyat Uighur. Sebab masyarakat, terutama kaum Muslimin ribut karena tidak mendapatkan informasi utuh dari pemerintah. 

Warga Uighur Unjuk Rasa di Istanbul

"Kalau tidak masyarakat pada ribut satu sama lain. Saling menghujat, yang satu menganggap diam saja dan satunya lagi sok tahu. Pemerintah harus mencari tahu dan mengumumkan kepada kita tentang peristiwa sebenarnya," tuturnya. 

Jika benar ada pelanggaran HAM, kata dia, pemerintah harus mengambil tindakan politik antarnegara. Dia pun berharap bisa ke Xinjiang untuk memastikan kondisi yang terjadi di sana. 

Dugaan Kerja Paksa Muslim Uighur

Sementara dalam akunnya di Instagram, dia menulis bahwa di Pondok Pesantren Daarul Qur'an dan cabang-cabangnya, para santri sudah menyiapkan kumpulan doa-doa untuk semua kaum Muslim di seluruh dunia.

"Semisal di Yaman, Saudi dan Qatar serta belahan bumi yang lain. Meski itu negeri yang aman. Bismillah. Kita berdoa dulu," ucapnya.

Diketahui, pemerintah China telah berkali-kali mengklaim bahwa umat Muslim Uighur diperlakukan dengan baik tanpa diskriminasi. Namun, dikutip dari BBC, China telah melakukan sejumlah operasi keamanan besar-besaran di Xinjiang, China Barat dalam beberapa tahun terakhir. 

Kelompok HAM dan PBB menyatakan China menangkap dan menahan lebih dari 1 juta warga Uighur dan kelompok minoritas di kamp penahanan tersebut. Mereka dipaksa untuk keluar dari Islam dan cuma menggunakan bahasa China Mandarin serta patuh pada pemerintah komunis di Beijing. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya