Selain Keraton Agung Sejagat, Ada Kerajaan Abal-abal Diakui Soeharto

Raja dan ratu Keraton Agung Sejagat
Sumber :
  • YouTube Olids

VIVA – ?Kemunculan Keraton Agung Sejagat (KAS) seketika menggemparkan publik dan dunia maya. KAS dipimpin oleh Totok Santosa yang disebut dengan Sinuhun dan istrinya Dyah Gitarja sebagai ratu yang disebut dengan Kanjeng.

Polisi Dalami Heboh 'Kerajaan' King of The King di Tangerang

Tak hanya membuat heboh, keberadaan keraton ini juga menimbulkan keresahan. Totok disebut melakukan penipuan dengan menarik iuran kepada para anggotanya.

Namun, apa yang dilakukan Totok ternyata bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia. Budayawan Ridwan Saidi, dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam di tvOne, mengatakan bahwa pada tahun 1993 sempat datang seseorang dari Jambi mengaku sebagai seorang raja.

'Keraton Abal-abal Mengganggu dan Merusak Tatanan'

"Namanya Idrus dan permaisurinya namanya Markonah, dia siang malam pakai kacamata hitam. Tapi, nasib dia lebih bagus dari Totok. Dia sampai diterima presiden," ujar Ridwan.

Budayawan yang disapa Babe itu juga mengungkap, kala itu Idrus bahkan sampai difasilitasi keliling Indonesia oleh presiden yang menjabat saat itu, Soeharto. Tapi, aksi Idrus lama kelamaan mulai dicurigai oleh publik karena dia berhasil memperdayai penguasa.

Muslihat Kerajaan Abal - abal

Lain cerita dengan Totok, Ridwan menilai ada penyimpangan sejarah yang dilakukan pria itu. Bahkan Ridwan menyarankan agar dilakukan pemeriksaan psikologis terhadap Totok.

"Karena dia mengaku dari Dinasti Wangsa Sanjaya. Wangsa Sanjaya itu corak batik bukan dinasti. Jadi itu prasasti Sojo Merto abad ke-7 menjelaskan corak-corak batik antara lain corak Wangsa Sanjaya, tapi dia katakan dinasti, itu salah," kata Ridwan.

Selain itu, Totok juga sempat menyinggung mengenai Kerajaan Majapahit yang runtuh. Padahal, menurut Ridwan, Majapahit tak pernah runtuh melainkan hilang begitu saja karena keterpurukan ekonomi.

"Sumber ekonomi diambil dari tol laut. Saat kapal-kapal Bugis mulai besar-besar mereka enggak perlu singgah lagi di Tuban, langsung ke Jakarta, jadi mereka tidak ambil tol laut. Majapahit tidak pernah diserbu, bubar begitu saja karena tidak ada income," jelas Ridwan.

Peristiwa itu pun, kata Ridwan, terjadi di penghujung abad 15. Bukan abad 18 seperti yang dikatakan Totok.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya