Daftar Pernyataan Kontroversial Kepala BPIP Yudian Wahyudi

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.

VIVA – Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, terus menerus menjadi sorotan masyarakat karena pernyataannya yang kontroversial. Yang terbaru, ia dihujat lantaran mau mengganti ucapan assalamualaikum dengan Salam Pancasila.

Rektor Universitas Pancasila Dinonaktifkan Buntut Dugaan Kasus Pelecehan Seksual

Yudian dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu, 5 Februari 2020. Belum sebulan menjabat Kepala BPIP, Yudian, didesak mundur. Bahkan, ada yang meminta BPIP dibubarkan gara-gara pernyataan Yudian.

Berikut pernyataan Kepala BPIP Yudian Wahyudi yang dianggap kontroversial dan penjelasan Yudian terkait pernyataannya itu, seperti dirangkum VIVA pada Senin, 24 Februari 2020.

Dewan Profesor Universitas Brawijaya Minta Pemerintah Tidak Mencederai Demokrasi

Agama musuh Pancasila

Ketua BPIP, Yudian Wahyudi sempat memberikan klarifikasi setelah mendapat hujatan akibat pernyataannya yang menyebut agama musuh terbesar Pancasila. Hal itu disampaikan Yudian saat diwawancarai salah satu media.

Wamenaker: Tanamkan Hubungan Industrial yang Dilandasi Pancasila

Yudian menyebut penjelasan soal konsep Pancasila kekinian telah dipotong saat diwawancara salah satu media. Menurut dia, dasar negara yang telah disepakati bersama merupakan konsensus dari semua agama. Tapi, belakangan ditafsirkan lain dengan dalil kepercayaannya oleh sekelompok orang.

"Ini menjadi musuh, ini yang dimaksudkan. Jadi tujuan saya ke sana sebenarnya, (kemudian) dipotong oleh detik (Detik.com) dengan judul itu," kata Yudian seperti dilansir Vivanews.

Pernyataan terkait agama merupakan musuh Pancasila, kata Yudian, justru sebaliknya. Menurut dia, fatwa-fatwa agama justru mengisi yang termaktub dalam nilai-nilai Pancasila.

Kadang kala, kata diac penjelasan yang terbiasa disampaikan secara akademik itu memungkinkan dipotong kutipannya sehingga masyarakat salah tafsir. "Jadi tidak akan ada lagi nanti kontroversi saya sebagai pribadi. Mungkin kalau saya menguji disertasi, itu terbatas di ruang," ujarnya.

Kenalkan Pancasila pakai Tiktok

Yudian berencana menggunakan metode baru untuk mengenalkan dasar-dasar negara kepada milenial. Makanya, ia berencana menggunakan platform media sosial sebagai sarana sosialisasi mulai dari Youtube hingga TikTok.

"Ada Youtube, ada Blogger, ada pokoknya medsos yang sekarang digital lah. Digital mode ini kita pakai, sehingga nanti akan ada, ya termasuk TikTok segala macam itu," kata Yudian seperti dilansir Vivanews.

Menurut dia, sosialisasi seperti itu masuk dalam non kurikulum. Tapi, yang di pendidikan formal juga tetap masuk seperti yang sudah berjalan selama ini. Selain itu, BPIP juga niat gandeng publik figur agar pesan yang disampaikan merasuk kepada anak muda. 

Karena, kata dia, saat ini terjadi gap antara generasi tua dan muda dalam memahami Pancasila. Makanya, pengenalan Pancasila tidak lagi mengandalkan doktrin yang kaku kepada kaum milenial. Misal, lewat olahraga diarahkan persatuan, gotong royong dan sebagainya.

"Saling mencintai, suportif, belajar objektif melihat fakta, tapi tanpa dihindari tekanan semacam indoktrinasi. Asal mereka paham bahwa ini adalah nilai-nilai Pancasila,” katanya.

Usul assalamualaikum diganti Salam Pancasila

Dalam sebuah wawancara dengan Detik.com, Yudian, mengungkapkan usulan Salam Pancasila yang diharapkan bisa menjadi salam yang disepakati bersama secara nasional.  

Direktur Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP, Aries Heru Utomo, lantas memberi klarifikasi bahwa jelas sekali tidak ada satu pun narasi yang semata menyatakan penggantian Assalamualaikum dengan Salam Pancasila. BPIP tidak pernah mengusulkan penggantian Assalamualaikum dengan Salam Pancasila.

Tapi, kata dia, yang disampaikan adalah mengenai kesepakatan-kesepakatan nasional mengenai tanda dalam bentuk salam dalam pelayanan publik, dalam kaitan ini kesepakatannya adalah Salam Pancasila.

"Salam Pancasila sebagai salam kebangsaan diperkenalkan untuk menumbuhkan kembali semangat kebangsaan, serta menguatkan persatuan dan kesatuan yang terganggu karena menguatnya sikap intoleran," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya