Said Didu Kritik Pembelian Pesawat Baru Jokowi, Istana Sebut Sewa

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lilis Khalis

VIVA – Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu mengatakan dia berharap juru bicara Presiden Fadjroel Rachman tidak memprotes pesawat kepresidenan Republik Indonesia Boeing 777 yang tengah viral di media sosial.

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Dinilai bahwa Fadjroel terkenal paling kritis ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membeli pesawat kepresidenan RI pada akhir masa jabatan 2014.

"Semoga jubir Fajroel tidak ptotes atas ditambahnya pesawat kepresidenan karena dulu saat pak @SBYudhoyono beli pesawat kepresidenan tiap hari protes," tulis Said lewat Twitter yang dikutip pada Jumat, 28 Februari 2020.

Jokowi Hopes Panua Pohuwato Airport in Gorontalo Can Boost Local Economy

Selain itu, warganet juga ikut merespons viralnya foto pesawat kepresidenan Republik Indonesia Boeing 777. Padahal, situasi ekonomi saat ini dinilai sedang kurang baik. 

"Buat apa nambah B777? Keuangan negara cekak dan hutang menggunung, defisit di mana-mana. Belanjakan uang untuk hal-hal yang bisa segera dirasakan masyarakat. Bukan membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat. Kalau perlu jual/sewakan itu pesawat yang ngganggur, kan dapat uang," tulis akun aisal Yazdi @faisalyazdi.

Sosok Jenderal Termuda di TNI, Ternyata Lulusan Akmil 1999 dan Berusia 47 Tahun

Diketahui, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan pesawat baru itu akan ditumpangi Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Amerika Serikat. Menurut dia, pesawat tersebut sewaan dari maskapai Garuda Indonesia. Oleh karena itu Istana membantah adanya pembelian pesawat kepresidenan baru.

Rencananya, Jokowi akan hadir dalam acara Asean-US Special Summit dalam waktu segera. Selain itu, Pramono mengatakan salah satu agenda Presiden Jokowi juga akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Ia mengatakan pesawat kepresidenan RI yang ada sekarang ini jika dipakai harus transit tiga kali. Padahal, setiap transit mesti mengisi bahan bakar sehingga membuat biaya jadi tambah mahal saat dihitung.

"Dibandingkan dengan menggunakan pesawat yang selama ini digunakan sudah lebih mahal, capek kemudian, yang diangkut juga terbatas," kata Pramono seperti dilansir VIVAnews.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya