Demi Alat Pelindung Diri Corona, Petugas Medis Rela Tak Makan 12 Jam

Simulasi penanganan pasien virus corona COVID-19.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

VIVA – Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ternyata tidak bisa sembangan. Apalagi dalam penanganan virus corona atau covid-19 yang sudah menjadi pandemi ini. Harus dipahami, alat ini ternyata tidak dapat digunakan lagi setelah dilepaskan atau tidak dapat digunakan secara berulang. Karena itu, bagi tenaga medis penggunaan Alat Pelindung Diri ini harus benar-benar dimanfaatkan secara maksimal. 

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Karena penggunaannya hanya sekali, tenaga medis, baik itu dokter maupun perawat bahkan harus menahan kebutuhan dasar mereka untuk makan dan minum. Selain itu, mereka juga harus menahan diri ke toilet atau untuk buang air kecil maupun air besar.

Selain harganya yang cukup mahal, ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang langka saat ini mengharuskan mereka para petugas medis untuk menfaatkan alat ini dengan sebaik mungkin.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Banyak dari kita tidak menyadari hal ini. Jumlah petugas medis yang terpapar dan meninggal akibat virus corona sudah benar-benar terjadi. Karena itu, ketersediaan alat pelindung diri sangat mutlak dibutuhkan bagi mereka yang berjuang di barisan paling depan untuk melawan wabah corona.

Petugas medis menahan makan dan minum demi Alat Pelindung Diri

KPK Usut Kasus Dugaan Korupsi APD di Kemenkes, Alex Marwata: Kita Sudah Menetapkan Tersangka

Di twitter, warga menyampaikan bahwa dokter dan perawat yang telah mengenakan alat pelindung diri harus menahan makan dan minum. Bahkan ada yang harus menahan hingga 8 sampai 12 jam. 

"Kalau dibuka tidak bisa dipakai lagi. Harus segera disimpan dikantung infeksius. Jumlahnya kini langka dan kebutuhan makin banyak," katanya Angela dalam twitternya @Angela602.

Selain itu, harga alat pelindung diri yang tidak murah ini membuat tenaga medis terpaksa hanya memaksimalkan penggunaannya. Dari berbagai informasi, alat pelindung ini yang merupakan pakaian yang menutup tubuh secara keseluruhan ini mencapai Rp500 ribu sampai Rp1 juta lebih.

Angela dalam cuitannya juga menyantumkan foto seorang petugas medis wanita yang menunjukan tulisan najwa dia haus tapi tidak berani minum.

"Aji Umi Aku haus tapi ngk berani minum," berikut tulisan dalam foto tersebut.

Sebagai wujud dukungan terhadap tenaga medis yang bertemupur di garis terdepan melawan corona, banyak masyarakat mendorong gerakan untuk menyumbangkan alat pelindung diri bagi tenaga medis.

Edward Suhadi dalam twitternya juga menjadi salah satu yang menyarankan hal ini. Dia banyak dihubungi dokter tentang kelangkaan alat pelindung diri ini. Dengan video yang dia posting, Edward berharap banyak orang dari kalangan mampu memberikan sumbangan untuk tenaga medis.

Pemerintah telah berupaya untuk memenuhi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) terutama bagi petugas medis. Alat-alat seberat 9 ton ini adalah bantuan dari China dan telah tiba di Jakarta untuk segera didistribusikan ke rumah sakit.

Alat-alat itu berupa disposable masks (masker sekali pakai), N95 masks (masker N95), protective clothing (pakaian pelindung), goggles (kacamata pelindung), gloves (sarung tangan), shoe covers (pembungkus sepatu), infrared thermometer (termometer inframerah), dan surgical caps (topi bedah).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya