Diam-diam Anies Pernah Minta Data TKA yang Masuk Jakarta ke Imigrasi

Gubernur DKI Jakarta Anies BAswedan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar GM

VIVA – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengaku pernah mengadakan rapat pimpinan khusus untuk mengetahui dan memastikan adanya penyebaran virus corona atau COVID-19 di Ibu Kota pada akhir Januari 2020. Bahkan, mengundang dari pihak imigrasi dan badan intelijen.

Ogah Usung Anies di Pilgub Jakarta, Gerindra: Kita Punya Jagoan Lebih Muda dan Fresh

Hal itu disampaikan Anies saat acara bareng Deddy Corbuzier yang diunggah ke YouTube pada 28 Maret 2020, dengan judul 'Kenapa cuma loe yang berani ngomong? Jakarta sudah gawat darurat! Anies Baswedan'.

Anies bercerita sudah kerja secara senyap sejak Januari 2020, tujuannya supaya tidak membuat orang panik. Saat itu, Anies bersama jajaran Pemerintah Provinsi DKI memonitoring apa yang terjadi. Karena, Jakarta itu merupakan gerbangnya Indonesia bagi dunia internasional.

Anies Baswedan Direstui Maju Pilkada Jakarta, Cak Imin: PKB Belum Membahas

"Kalau Jakarta tidak monitoring ini, tidak melakukan persiapan, habis Indonesianya. Kepada anak-anak saya nanti yang mereka tanya, ayah apa yang dikerjakan di periode itu?," kata Anies seperti dikutip dari YouTube pada Senin, 30 Maret 2020.

Memang, Anies awal-awal disalahin karena dianggap membuat resah dan menakut-nakuti sehingga masyarakat menjadi khawatir. Tapi sekarang, kata dia, bagaimana masyarakat tidak khawatir. Karena, Anies mendapatkan laporan dan mencatat angka kasusnya terus meningkat.

Megawati Ajukan Diri Jadi Amicus Curiae, Anies Bilang "Situasinya Memang Amat Serius"

Kita tidak boleh rileks

"Kalau kita rileks, angkanya akan lompat luar biasa. Oleh karena itu, kita tidak boleh rileks. Ini sangat serius. Kita pantau terus data berapa jumlah orang dalam pemantauan (ODP), berapa pasien dalam pengawasan (PDP). Data makin hari makin naik, saat itu pasti sudah ada kasus. Cuma kita tidak punya kewenangan untuk melakukan pemeriksaan lab dan lain-lain," ujarnya.

Dalam memonitoring penyebaran kasus COVID-19 di Jakarta, Anies membagi tiga fase. Pertama, Anies langsung menjangkau pelayanan kesehatan di Jakarta yang jumlahnya ada 190 rumah sakit. Waktu itu, kata dia, masih pakai pneumonia Wuhan karena belum ada yang menyebut corona atau COVID-19.

"Apa yang dilakukan beritahu kepada semua rumah sakit tentang ancaman pneumonia Wuhan, ini indikasinya, orang-orang yang berpotensi seperti apa, orang-orang yang baru bepergian ke luar negeri. Ada tuh semua kriterianya dan sekarang kita kenal orang dalam pemantauan (ODP). Itu awal Januari kita kerjain," kata dia.

Undang imigrasi

Pada 29 Januari, Anies mengaku mengadakan rapat pimpinan khusus di Pemerintah Provinsi DKI dengan mengundang imigrasi, badan intelijen untuk membicarakan mengenai ancaman corona virus di Jakarta. Menurut dia, hal itu untuk menjaga waktu batas-batas.

"Kenapa kok ngundangnya imigrasi? Saya waktu itu ingin tahu siapa saja yang datang dari Tiongkok di Jakarta, saya ingin tahu mereka tinggal di mana, alamatnya di mana, tinggal ama siapa. Karena mereka adalah orang yang harus kita pantau, ini mau jagain Jakarta. Kalau mereka masuk ya periksa. Datanya tidak ada," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya