Kementan Optimalisasi Irigasi Perpompaan dan Perpipaan

Irigasi Perpompaan dan Perpipaan Kementan.
Sumber :

VIVA – Kementerian pertanian optimistis Indonesia akan menjadi lumbung pangan pada 2045. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapainya adalah dengan optimalisasi irigasi perpompaan dan perpipaan. 

Jokowi Resmikan Irigasi Gumbasa Sigi dengan Biaya Rp1,25 Triliun

Prinsip dari kegiatan irigasi perpompaan dan perpipaan adalah mengambil air dari sumber (diverting), membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying) mendistribusikan air kepada tanaman (distributing) mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, tujuan dari kegiatan irigasi perpompaan dan perpipaan ialah memanfaatkan potensi sumber air permukaan sebagai suplesi air irigasi bagi komoditas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, serta budidaya ternak. 

Tingkatkan Produksi Padi, Kementan Kebut Tanam Padi Gogo di Lahan Sawit Muara Enim

Selain itu, untuk meningkatkan intensitas pertanaman dan/atau luas areal tanam, meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan dan kesejahteraan petani, memanfaatkan potensi sumber air permukaan sebagai air irigasi, baik di daerah irigasi maupun nondaerah irigasi.

"Kunci utama dari jenis irigasi perpompaan ialah terdapatnya sumber air. Walaupun posisi airnya di bawah permukaan lahan pertanian tidak masalah, karena menggunakan pompa untuk pemanfaatannya," ujar Mentan SYL.

Ingin Tata Kelola Sawit Membaik? Harus Saling Bersinergi

Dengan demikian, lahan pertanian yang tidak terjangkau dengan irigasi waduk dan bendung yang umumnya secara grafitasi masih bisa mendapatkan air irigasi. 

Jenis-jenis sumber air permukaan yang biasanya digunakan antara lain sungai, danau, situ/embung, saluran pembuang dan kolam air lainnya. Jika terdapat sumber air yang posisinya berada di atas lahan usaha tani akan lebih baik, karena tinggal menyalurkannya secara gravitasi ke lahan pertanian dengan menggunakan pipa (irigasi perpipaan).

"Kegiatan irigasi perpompaan dan perpipaan diprioritaskan pada lokasi kawasan pertanian yang sering mengalami kendala atau kekurangan air irigasi terutama pada musim kemarau," jelasnya.

Hal ini diharapkan dapat menambah luas areal tanam baru dan meningkatkan produktivitas. Irigasi perpompaan dan perpipaan ini, per unitnya minimal dapat melayani areal sawah seluas 20 ha.

Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy menjelaskan, untuk melaksanakan kegiatan tersebut, pemerintah memberikan bantuan dana melalui transfer langsung ke rekening kelompok yang memenuhi syarat baik teknis maupun administrasi.

"Sedangkan pelaksanaan fisik dilakukan oleh kelompok tani penerima manfaat tersebut secara padat karya yang dibimbing oleh petugas pertanian yang ada di daerah," jelas Sarwo Edhy.

Khusus untuk kegiatan air irigasi, pada 2020 akan difokuskan pada optimalisasi pemanfaatan sumber air untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP). Bila lokasi sumber air cukup jauh dari lahan, bisa mengajukan kegiatan pipanisasi. Bahkan kalau perlu pompa air akan disiapkan.

Contohnya yang ada di Desa Mekamanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Di sini telah dibangun irigasi perpompaan menengah untuk mendukung hortikultura.

Sarwo Edhy mengatakan manfaat irigasi perpompaan bagi kelompok tani sangatlah besar. Manfaatnya bisa dirasakan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. 

Hal ini persis seperti yang dirasakan Kelompok Tani (Poktan) Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) Mekar Wangi di Desa Panenjoan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Dengan luas sawah mencapai 50 hektar (ha), lahan sawah yang dimiliki Desa Panenjoan merupakan yang terbesar kedua setelah Desa Cikuya di Kabupaten Bandung.

Namun demikian, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kesejahteraan para petani, sebab petani hanya bisa menanam padi satu kali tanam dalam satu tahun. Penyebabnya, lahan yang digunakan adalah lahan sawah tadah hujan.

“Di Desa Panenjoan tidak ada saluran irigasi sehingga petani hanya mengandalkan air hujan jadi tingkat kesejahteraan petani desa ini sangatlah rendah,” ujar Sarwo Edhy.

Namun, setelah adanya bantuan pemerintah dari Direktorat Jenderal (Ditjen) PSP dengan kegiatan pengembangan irigasi perpompaan, di areal ini mengalami kenaikan Indeks Pertanaman (IP) yang awalnya hanya IP 100 sekarang bertambah menjadi IP 200 bahkan IP 300.

"Kami berharap bantuan irigasi ini bisa dimanfaatkan dengan maksimal sehingga petani bisa menanam dengan tenang dengan hasil maksimal juga," kata Sarwo Edhy.

Selain bisa membudidayakan tanaman padi, rencana yang akan datang dengan ketersediaan air yang kontinyu ini kelompok tani bisa melakukan sistem tanam “Mina Padi”, yakni sebuah sistem combined farming antara padi dan ikan.

“Selain petani punya pendapatan dari padi maka akan bertambah penghasilan dari hasil budidaya ikan. Ke depannya akan ada program-program lain yang lebih bermanfaat untuk kelompok tani,” tutup Sarwo Edhy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya