Nasionalisme Batik Vs Batik Murah China

VIVAnews - Baru saja pengrajin batik tanah air menikmati 'bulan madu' pasca pengakuan UNESCO atas batik sebagai warisan budaya dunia. Kini, batik lokal justru terancam.

Pemberlakukan perjanjian perdagangan bebas (FTA) ASEAN-China sejak Januari 2010 lalu, kini sudah mulai berdampak.

Membanjirnya produk tekstil batik China membuat produk batik printing atau batik cetak di Solo terjepit. Bukan tak mungkin ke depan, produk tekstil China juga mengancam produk batik cap hingga 'masterpiece' batik tulis.

"Saat ini yang terkena memang bukan perajin batik cap atau tulis tetapi industri batik printing. Biasanya yang menggarap batik seperti itu perusahaan tekstil bukan perajin kecil," kata Ketua paguyuban perajin batik di Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Gunawan Setiawan kepada VIVAnews, Minggu 18 Januari 2010.

Produk batik China, disebutkan Gunawan memiliki keunggulan dibanding produk lokal, yakni harganya yang murah.

"Para pembeli itu sudah tidak memandang rasa nasionalisme. Yang terpenting bagi mereka harganya lebih murah,” tegasnya.

Sementara itu, ketua paguyuban perajin batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo, Alpha Febela mengamini apabila produk batik printing yang paling terkena dampak dibukanya keran perdagangan bebas dengan China.

"Dalam jangka pendek ini produk batik China berupa batik printing. Jadi, bisa dikatakan batik China saat ini mengambil segmentasi pasar batik printing buatan lokal," ujar dia.

Membanjirnya produk China, kata Alpha, hanya bisa dibendung dengan semangat nasionalisme pembeli. Kecintaan terhadap batik lokal bisa jadi penyelamat.

Selain itu, tambah dia, para pengrajin harus memiliki kreatifitas dan desain yang lebih kreatif. Dengan begitu, batik printing lokal tetap mampu bersaing ditengah gempuran batik impor China.

"Yah, kelemahan kita sebagai perajin batik sejak awal tidak dididik berjiwa wirausaha. Padahal, seharusnya memang harus seperti itu supaya bertahan. Sedangkan untuk nasionalisme, supaya masyarakat tetap mencintai batik Solo juga butuh proses," kata dia.

Mengenai potensi batik cap dan tulis, yang hingga saat ini masih aman, juga bakal menemui nasib sama.

Sebab, bisa jadi tekstil China akan masuk ke Solo dalam bentuk kerjasama UKM dan mau menerima order kelas menengah ke bawah.

“Nah, itulah yang paling merepotkan. Hancurnya ukurian Jepara juga seperti itu, karena banyak asing yang masuk,” papar Alpha

Bahkan, Alpha sedikit membocorkan sejak awal Januari hingga hari ini omzet penjualan toko batik yang ada di Kampoeng Batik Laweya susut sekitar 20-30 persen. “Antara sebelum ada perdagangan bebas dan setelahnya ada sedikit dampak penurunan,” keluh Alpha.

Laporan: Fajar Sodiq| Solo

Ford Bronco: Dari Populer Menjadi Mobil Paling Dibenci
Jayabaya

Jayabaya Ramal Soal Sosok Pemimpin Bangsa yang Bijaksana, Begini Katanya

Jayabaya, seorang monarki yang bijaksana dari Kerajaan Kediri, dikenal karena keahliannya dalam meramal masa depan, salah satunya mengenai pemimpin bangsa yang bijaksana.

img_title
VIVA.co.id
14 April 2024