Tragis, Kakak, Ayah dan Ibu Meninggal Dunia Terkait COVID-19

ilustrasi virus corona
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Tragedi menyedihkan dialami satu keluarga di Surabaya, Jawa Timur. Seorang wanita dan janinnya di meninggal dunia karena terpapar Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19.

Tuding Pj Gubernur Jawa Barat Tidak Netral saat Pemilu 2024, Hakim MK: Tak Ada Saksinya

Di saat bersamaan, ayah dan ibunya, yang tinggal satu rumah, juga meninggal dengan status pasien dalam pengawasan atau PDP. Ironisnya suami dan anak almarhum yang berusia 17 bulan juga mendapatkan hasil rapid test-nya reaktif. 

DW, adik dari wanita yang meninggal dunia itu, bercerita, kakaknya bersama suami dan anaknya tinggal satu rumah dengan kedua orang tua mereka di kawasan Gubeng, Surabaya. "(Kakak) sudah punya anak, (usianya) 17 bulan. Sekarang sama suaminya sedang isolasi mandiri di sebuah hotel karena rapid-nya reaktif," ujarnya kepada VIVAnews melalui pesan singkat pada Kamis, 4 Juni 2020. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ia menjelaskan, duka itu bermula ketika kakaknya memeriksakan kandungan yang berusia delapan bulan ke sebuah rumah sakit di kawasan Ampel, Surabaya, pada pertengahan Mei 2020. Ke sana, ia diantar oleh suaminya. Sepulang dari rumah sakit, suami kakak DW sakit, namun sembuh sendiri. Setelah itu, giliran kakak DW yang kesehatannya ngedrop

"Seingat saya tanggal 19 Mei, kakak tak enak badan, terus dibawa ke RS Pura Raharja. Di situ di-rapid dan hasilnya negatif, kemudian pulang. Tapi enggak semakin membaik, malah semakin sesak napas. Tanggal 25 (Mei), saya antar ke RS PHC, kemudian disuruh rawat jalan," cerita DW. 

Warga Dikejutkan Penemuan Mayat Bayi Laki-laki di Kali Cikeas

Karena belum juga membaik, besoknya, 26 Mei 2020, kakak DW dibawa ke RS PHC Surabaya lagi. Beberapa jam kemudian, pihak RS memberi kabar kalau ia terkonfirmasi positif COVID-19. Pada Rabu dini hari, 27 Mei 2020, pihak RS memberi kabar bahwa kakak DW mengalami gagal napas dan dibantu ventilator. 

Saat itu, detak jantung janin kakak DW yang berusia delapan bulan diketahui tidak berdetak lagi. "Kakak saya meninggal tanggal 31 (Mei) pukul 01.50 setelah operasi pengeluaran janin sehari sebelumnya," ujar DW. 

Saat sang kakak dirawat di rumah sakit, DW menceritakan kondisi kesehatan ibunya juga memburuk pada Hari Raya Idul Fitri pertama, Minggu, 24 Mei 2020. Besoknya, ayah DW juga sakit. Sang ibu kemudian diantar ke rumah sakit RKZ. Di sana, sang ibu diinfus dan disuruh rawat jalan.

"Besoknya kembali lagi ke IGD (RKZ), kemudian disuruh isolasi mandiri di rumah. Kemudian tanggal 29 (Mei) pagi, mama telepon minta di-grab-kan ke RSI, saya enggak dibolehin antar takut ketularan. Mama berangkat pagi. Papa nyusul siangnya, dijadikan satu kamar isolasi di RSI," katanya. 

Pada Sabtu pagi, tanggal 30 Mei 2020, ayah DW meninggal dunia. Tak lama kemudian, ibunya menyusul meninggal dunia. "Papa-mama belum sempat swab. Jadi, meninggal berstatus PDP (pasien dalam pengawasan)," ujarnya. 

Kendati sedih, DW dan keluarga mengaku pasrah dan rela atas takdir Allah tersebut. Ia yakin ketiga orang yang dicintainya itu husnul khatimah. 

"Pesan saya tetap selalu sama. COVID-19 itu nyata dan sangat jahat. Banyak yang menganggap remeh atau mungkin menyepelekan, tapi virus ini benar benar, ada dan enggak bisa dianggap remeh. Jadi harus sadar akan kesehatan, kebersihan dan kalau memang tidak perlu ke mana-mana lebih baik di rumah saja," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya