Pakar Epidemiologi: Hati-hati Tentukan Kapan Jakarta Harus New Normal

Panduan aturan New Normal di pusat perbelanjaan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/David Muharmansyah

VIVA – Tatanan kehidupan baru atau new normal di tengah wabah virus corona bakal dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Namun, ada beberapa acuan yang jadi syarat, jika suatu daerah ingin menjalankan new normal di wilayahnya. Salah satu syaratnya, dengan melihat angka Reproduksi Efektif atau Rt dan Reproduksi Dasar atau Ro.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Meski begitu, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia Tri Yunus Miko Wahyono justru mengungkapkan tidak tepat jika Rt maupun Ro dijadikan acuan bagi pemerintah dalam melaksanakan normal baru atau new normal. 

Ro (reproduksi dasar) dalam ilmu epidemologi mengestimasi rata-rata orang yang bisa terinfeksi wabah virus dari satu orang yang sudah positif. Sedangkan, Rt (reproduksi efektif) merupakan rata-rata orang yang bisa terinfeksi dari satu pasien positif usai adanya intervensi pemerintah.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Baca Juga: 4 Hal Penting Wajib Dipatuhi Warga Jakarta Saat PSBB Transisi

Miko mengatakan, jika indikator tersebut digunakan untuk mengukur wabah yang bentuknya Common Source Epidemic atau melalui zat, maka itu tepat digunakan. Namun, untuk wabah yang bentuknya Propagated (progressive epidemic) atau penularannya dari orang ke orang seperti virus corona (COVID-19), itu tidak sepenuhnya tepat. 

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Nah pada wabah yang common source pada patokan Rt sangat tepat sekali, jadi kalau yang propagated pakai Ro atau Rt itu kadang-kadang tepat kadang-kadang tidak," kata dia saat diskusi secara virtual, Sabtu, 6 Juni 2020.

Oleh sebab itu, Miko menganggap bahwa jika wabah tersebut bentuknya Propagated maka pemerintah tidak bisa dengan mudah melakukan pelaksanaan normal baru hanya dengan indikasi tingkat penularan, sebab sifat penularan itu naik turun tergantung populasinya. 

"Kalau pas turun, pas ketemu populasi yang gampang menular, dia naik lagi. Jadi sekarang aja di Indonesia naik turunnya sudah lebih dari enam kali, jadi bayangin saja. Sekarang sudah 29 ribu kasus COVID-19, kalau di DKI Jakarta juga sudah empat hari lebih naik turun," tegas dia.

Karena itu, berdasarkan pengamatannya, normal baru tidak bisa cepat dilakukan saat ini, apalagi tingkat penularan masih tinggi secara nasional. Di ibu kota saja masih dikisara 400-500 penularan dalam sehari selama sepekan ini, sedangkan di beberapa daerah, seperti Depok sudah hitungan jari, yakni dikisaran lima orang.

"Ini jadi harus hati-hati kapan kita buka new normalnya. Kalau kasusunya dalam satu minggu turun aman. Kalau di Depok udah turun aman ke lima, bisa dihitung, jadi kalau Jakarta harusnya turun di bawah 100, baru itu bisa dibilang aman. Kalau aman absolut harusnya nol, semua sepakat kalau jumlah kasus barunya nol," tutur Miko.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya