Di Papua Tak Satu Pun Anak Meninggal karena Corona, Apa Sebabnya

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bakti Pulungan.
Sumber :
  • Tangkapan layar

VIVA – Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA)I, Aman Bakti Pulungan mengatakan angka kematian anak di Indonesia akibat virus Corona COVID-19 sangat tinggi. Namun kata dia, di Papua tidak ada anak yang meninggal akibat Corona COVID-19.

Pengawasan Pilkada 2024 di Kabupaten Puncak Papua Terancam Tak Maksimal

Menurut dia, ada satu hal yang menarik bahwa di Indonesia datanya tidak merata salah satu yang tidak baik adalah Papua untuk kesehatan anak. Namun pada saat ini untuk kasus Corona COVID-19 anak, Papua masuk menjadi salah satu daerah yang baik.

"Satu anak pun tidak ada yang meninggal di Papua. Kenapa? Awareness. Mereka ini sejak bahkan sejak belum ada kasus anak, mereka ini sudah rapat terus menerus, Ketua IDAI dilibatkan," kata Aman Pulungan saat acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne yang dikutip pada Rabu, 10 Juni 2020.

Pentingnya Kesehatan di Masa Golden Age Anak, Bakal Tentukan Kondisi Masa Depan

Menurut Aman Pulungan, sampai saat ini ketika ada kasus baru di Papua itu, Ketua IDAI konsultasi kepada Satgas Percepatan Penanganan COVID-19. Kemudian tes PCR di Papua juga satu hari bisa selesai misal seperti yang terjadi Jayapura.

"Jadi kita melihat bahwa kalau kita betul-betul serius menanganinya, ada early detection, jangan sampai anak ini dalam keadaan berat, kita bisa mengatasinya. Tapi harus ada niat kuat untuk ini," ujarnya.

Amnesty International Sebut Pelanggaran HAM di RI Semakin Buruk, Aparat Paling Banyak Terlibat

Aman Pulungan mengatakan IDAI sampai saat ini sedang mempelajari pasti soal penyebab kematian anak tinggi akibat COVID-19. Menurut dia, hal ini cukup sulit untuk diambil kesimpulan mengingat penyebab tiap daerah berbeda-beda.

Misalnya di DKI penyebab kematiannya misal karena penyakit tidak menular. Berbeda dengan di beberapa daerah, kata dia penyebab kematiannya karena infeksi komorbit termasuk demam berdarah, gizi buruk, TBC masih tinggi.

"Jadi angka diare kita masih tinggi. Komorbit kita kurang gizi, diare, pneumonia, gizi buruk, TBC masih banyak. Jadi komorbit kita tentu komorbit lain masih ada. Dari data yang meninggal ini, kami masih sulit mengambil kesimpulan, di beberapa daerah masih berbeda,"  lanjut dia.

Baca juga: Sok Jagoan, Para Pelaku Ambil Paksa Jenazah PDP Corona Jadi Tersangka

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya