Uji Vaksin COVID-19 Butuh Waktu 9 Bulan, Berikut Tahapannya

Ilustrasi Vaksin COVID-19
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Perusahan Bio Farma menggandeng perusahaan asal China dalam mengembangkan vaksin COVID-19. Pengembangan telah memasuki fase uji klinis tahap kedua.

Hampir Separuh Kota-kota Besar di Tiongkok Terancam Tenggelam, Ini Penyebabnya

Setelah fase pertama dan kedua yang dilakukan di China hasilnya bagus, maka akan dilakukan pengujian fase ketiga di Indonesia. Hasil di Indonesia harus sama bagusnya dengan di China.

"Fase tiga itu untuk melihat konsistensinya, apakah di sana dengan di sini sama hasilnya atau tidak. Kalau sudah lewat fase ketiga itu baru vaksin itu bisa dijual. Sebelum melewati fase ketiga, vaksin itu tidak bisa dijual," kata peneliti utama vaksin COVID-19 Unpad, Prof. Kusnandi Rusmil dalam dialog di tvOne, Kamis 11 Juni 2020.

Monster Laut Raksasa Setinggi 82 Kaki Ditemukan di Pantai Inggris, Bisa Jadi Reptil Laut Terbesar

Kusnandi menuturkan, pada fase uji klinis tahap pertama dan kedua efek samping dan efektivitas vaksin ini diketahui aman efektif. Namun, vaksin ini masih harus dilihat keberhasilannya di Indonesia dan juga negara lainnya.

"Nah di negara lain, di China dan Indonesia itu hasilnya harus sama. Kalau enggak sama itu enggak bisa dipakai vaksinnya," ujar Kusnandi.

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

Menurut Kusnandi, penelitian ini membutuhkan waktu sekitar 9 bulan. Proses yang tidak sebentar ini terjadi karena orang yang diuji diberi vaksin harus terus dimonitor hasilnya.

Orang yang diuji dengan vaksin nanti harus benar-benar sehat. Setelah diberi vaksin, tiga hari kemudian akan dicek hasilnya. Setelah 7 hari juga akan dicek kembali efeknya. Dan kemudian setiap bulan orang itu harus dicek kembali.

"Kita harus hati-hati karena ini untuk manusia. Nah, setelah 6 bulan dilihat bagus, dilihat lagi kadarnya dalam darah. Kalau efek sampingnya sedikit dan efek bagusnya sama, maka itu bisa digunakan. Artinya dia sudah konsisten hasilnya," kata Kusnandi.

Baca juga: Terungkap, Faktor Meningkatnya Kasus Positif COVID-19 di Indonesia

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya