Buku 8 Kombes Melawan Jenderal

Bimantoro: Tangkap Chaeruddin & 8 Kombes Itu

VIVAnews - Setelah Presiden Abdurrahman Wahid membacakan Dekrit yang disebut Maklumat pada 23 Juli 2001 dinihari, Surojo Bimantoro, Kapolri nonaktif, mendapat telepon dari Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amien Rais. Amien menanyakan, apakah kendali Polri masih berada di tangan Bimantoro mengingat siangnya, MPR akan menggelar Sidang Istimewa.

Dalam buku "Antara Kekuasaan dan Profesionalisme Menuju Kemandirian Polri", Bimantoro menyatakan mendengar Dekrit pembubaran parlemen itu, paginya langsung menggelar rapat pimpinan Polri namun tak melibatkan Chaeruddin Ismail. Setelah rapat, Bimantoro menelepon Komandan Korps Brimob Inspektur Jenderal Yusuf Manggabarani (yang saat ini Wakil Kapolri).

Manggabarani diminta mengamankan Markas Besar Kepolisian. "Pasang dua kompi pasukan di Mabes, sisanya di Polda Metro Jaya. Sekarang juga!" kata Bimantoro, seperti dilansir kembali oleh Edy Budiyarso dalam buku "Melawan Skenario Makar: Tragedi 8 Perwira Menengah Polri di Balik Kejatuhan Presiden Gus Dur 2001".

Bukan hanya itu, Bimantoro meminta Manggabarani menangkap prajurit Polri yang bergerak mengamankan Dekrit Presiden. Bimantoro mendapat laporan dari staf intelijen Polri bahwa ada delapan perwira menengah yang mendukung Chaeruddin Ismail merencanakan penangkapan beberapa pimpinan MPR.

"Manggabarani, kalau kau mencintai institusi Polri, begitu Chaeruddin Ismail datang bersama delapan Pamen temannya itu ke Mabes Polri dan memerintahkan untuk mengamankan Dekrit Presiden, langsung tangkap saja," ujar Bimantoro.

"Siap, Jenderal!" kata Manggabarani. Malam itu juga, dua kompi Brimob bergerak. Selain pasukan bersenjata otomatis, juga beberapa panser dan senjata taktis berjaga di Mabes.

Muncul desas-desus, Chaeruddin mendapat dukungan dari korps reserse kepolisian di mana dia dibesarkan. Mulai muncul kekhawatiran, dua korps kepolisian, reserse dan operasional akan bentrok.

Namun desas-desus itu terbukti tak pernah terjadi. Belakangan hari, Chaeruddin memberi jawaban dalam buku "Polisi, Politik dan Kontroversi" membantah isu dia akan melakukan gerakan mendukung dekrit. "Secara pribadi, saya sendiri menolak dekrit," kata Chaeruddin. Dan Chaeruddin yang diangkat menjadi jenderal sehari sebelum dekrit keluar itu pun memilih diam saat itu.

Sementara itu, MPR berhasil menggelar Sidang Istimewa. Pukul 17.15, 23 Juli 2001, MPR resmi memilih Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid. Dan Bimantoro menjadi tamu pertama Presiden baru itu.

"Mas Bim, itu toh tongkat yang kemarin diributkan?" kata Megawati sambil menyalami Surojo Bimantoro. Bimantoro mengangsurkan tongkat itu pada Megawati. Setelah melihat sebentar, Megawati mengembalikan pada Bimantoro. "Ini wangi, Bu. Terbuat dari kayu cendana," ujar Bimantoro setelah mencium tongkat komandonya itu.

Dan malamnya, sejumlah personel Brimob bergerak ke sejumlah titik di Jakarta dan sekitarnya.

Apa yang terjadi pada 23 Juli 2001 malam itu? Simak laporan VIVAnews berikutnya.

Epy Kusnandar Ternyata Ditangkap Bersama Yogi Gamblez 'Serigala Terakhir'
Ganjar Pranowo, Debat Kelima Calon Presiden Pemilu 2024

Gak Mau Masuk Pemerintahan Prabowo, Intip Harta Berjalan Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo yang merupakan capres dari PDIP tidak mau masuk pemerintahan Prabowo Subianto yang memenangkan pemilihan presiden periode 2024-2029. Seberapa tajir Ganjar?

img_title
VIVA.co.id
11 Mei 2024