Sunan Kuning Segera Ditutup, Masyarakat Diminta Terima Wanita PSK

Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, saat di Balai Kota Semarang.
Sumber :
  • VIVAnews/ Dwi Royanto.

VIVAnews - Kota Semarang, Jawa Tengah, secara resmi akan menutup kompleks lokalisasi Sunan Kuning di wilayahnya pada 18 Oktober 2019 mendatang. Penutupan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari seluruh penghuni lokalisasi tertua di Kota Lumpia itu.

PYCH Binaan BIN Buat Kegiatan Rutin di Papua: Pengembangan Wisata hingga Usaha

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menyampaikan seluruh prosedur penutupan kompleks yang juga populer dengan Resosialisasi Argorejo itu telah dilakukan. Baik sosialisasi serta pemberian uang tali asih kepada seluruh penghuninya juga telah disepakati bersama.

"Harapannya semua proses bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana. Semua prosedur sudah sesuai," kata Hendrar di Balai Kota Semarang, Rabu 16 Oktober 2019.

Ajak Warga Sumut Sukseskan PON 2024, Usung Tagline 'Apa yang Kau Bisa Mainkan'

Hendi, sapaan akrabnya, meminta masyarakat bisa menunjukkan kontribusinya usai penutupan Sunan Kuning. Ia meminta saat para Wanita Pekerja Seks (WPS) kembali ke masyarakat nanti bisa menerima dengan lapang dada.

"Kadang banyak yang masih sinis bahkan jijik kalau melihat WPS, padahal mereka kembali itu ada niat untuk bertaubat," ujarnya.

Prilly Latuconsina Ketahuan Masak Pakai LPG 3 Kg, ESDM Beri Sindiran Menohok

Penerimaan yang tulus, lanjut Hendi, akan bisa membantu para WPS tidak merasa dikucilkan dan mereka bisa menjalani masa depannya dengan lebih baik.

Terkait WPS yang terdeteksi HIV/AIDS, Hendi mengakui bahwa data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan Semarang menjadi kota dengan jumlah penduduk tertinggi yang terserang virus HIV/AIDS di Jawa tengah. Karena itu, penutupan kompleks lokalisasi Sunan Kuning penting dilakukan dan akan berkontribusi untuk kemajuan kota.

"Maka penutupan lokalisasi yang juga sejalan dengan program Kementerian Sosial RI, bisa meminimalisir persebaran virus HIV," katanya.

Selain meminimalisir persebaran HIV/AIDS, Hendi berpandangan jika hal yang mendasar dari penutupan ialah persoalan di Sunan Kuning itu kompleks. Di antaranya mencari nafkah tidak harus dengan jalan prostitusi, apabila lokalisasi masih ada sama saja dengan pemkot mengiyakan adanya tindak kriminal yang berkembang di kota Semarang.

"Terjadi tindak kriminal di Sunan Kuning menjadi alasan mendasar, adanya perkelahian hingga pembunuhan, bahkan adanya trafficking, belum lagi potensi yang tadi disebutkan yakni penularan virus HIV/AIDS," ujarnya.

Rencananya setelah penutupan, Pemkot Semarang akan mengubah tempat tersebut dari wisata hiburan malam menjadi tempat wisata religi yang dilengkapi wisata kuliner. Baginya, sosok ulama penyebar agama Islam bernama Soen An Ing yang makamnya ada di daerah lokalisasi Sunan Kuning dapat mengubah stigma negatif wilayah tersebut. Sebab, masyarakat kadung mengenal Sunan Kuning sebagai tempat prostitusi daripada sebagai ulama.

"Nanti yang datang tujuan utamanya berziarah ke makam Soen An Ing atau Sunan Kuning. Itu yang perlahan harus diubah stigma negatif tentang Sunan Kuning," katanya.

Terkait dana tali asih untuk per WPS, Pemkot sudah memberikan sebesar Rp5 juta per WPS. "Pemberkasan sudah selesai sejak kemarin, tinggal kita menunggu nanti tanggal 18 mendatang," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya