Banyak Penyebab Bullying, Ini Cara Mencegahnya

Bullying pada anak.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Ada banyak variabel yang menyebabkan perundungan atau bullying masih kerap terjadi saat ini. Di antaranya karena edukasi dan penyuluhan soal perundungan masih sangat minim sekali di beberapa institusi sekolah.

Begini Pengakuan Chandrika Chika ke Keluarga Soal Menggunakan Narkoba

Hal itu dikemukakan Psikolog Anak Irma Gustiana menjawab pertanyaan VIVAnews soal perundungan yang masih kerap terjadi saat ini. "Kemudian ternyata bully sering ada di dalam fenomena rumah tangga atau keluarga, sehingga anak mau tidak mau melihat, baik itu sifatnya kekerasan verbal atau secara fisik," ujar Irma saat dihubungi VIVAnews, Sabtu malam, 19 Oktober 2019.

Selain itu, faktor lingkungan saat ini contohnya tayangan di televisi, film sehingga anak mau tidak mau menyerap hal-hal yang sifatnya agresif. "Itu berpotensi menimbulkan permasalahan seperti bullying," kata Irma.

Izin Menginap di Kantor Polisi, Pria Tuban Ini Ternyata Baru Membunuh Istrinya

Bagi korban, menurut Irma, perundungan bisa menimbulkan banyak dampak. Bullying secara fisik akan mengakibatkan luka fisik. Sementara secara psikologis, biasanya anak yang mengalami bully, secara performanya turun, depresi, ingin mengakhiri hidup karena merasa tidak diterima di lingkungan.

Kemudian, secara dinamika keluarga, Irma menambahkan, bullying bisa juga mempengaruhi kualitas berhubungan dengan sesama anggota keluarga. "Jadi merasa mungkin tidak memiliki harga diri," ujarnya.

Ceritakan Pengalaman Mistis, Inul Daratista Pernah Muntah Darah

Irma mengatakan, ketika tahu anak terkena bully, pihak orangtua harus melakukan pendekatan secara psikologis, sehingga dirinya merasa tetap dihargai walaupun di luar dia mendapat cemoohan atau olok-olok.

Ilustrasi bullying

Diketahui, ada dugaan terjadi bullying terhadap seorang anak di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan artis Korea, Sulli. Sang anak dan artis itu sama-sama mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Dua kejadian tersebut menarik perhatian publik dalam beberapa hari terakhir ini.

Sebelum meninggal, anak tersebut mencurahkan isi hatinya dalam sebuah pesan tertulis. Dalam tulisannya, anak itu mengaku kerap diolok-olok sebagai anak pembunuh.

Sementara artis korea, Sulli, sebelum meninggal diduga mengalami cyber bullying. Seorang pejabat hiburan dalam sesi wawancara dengan Busan Report, mengungkapkan bahwa Sulli kesulitan menangani komentar buruk yang ditujukan untuk dirinya.

Menurut Irma, olok-olok yang dialami anak di Kupang tersebut bisa dikategorikan bullying. Sebab, bullying itu berarti mengintimidasi, mengancam, membuat seseorang merasa tidak nyaman dengan sesuatu hal. "Ketika seseorang merasakan ketidaknyamanan karena adanya tekanan yang terus menerus, itu bisa dikategorikan sebagai bully," ujarnya.

Irma mengungkapkan, sangat mungkin bullying tersebut mendorong anak itu bunuh diri. Sebab, ketika seseorang mengalami peristiwa bullying, orang tersebut akan mengalami luka batin. Kemudian akan merasakan hal-hal tidak nyaman, baik secara psikologis maupun fisiologis sehingga biasanya mengakibatkan seseorang itu menjadi menurun performanya. Seperti performa dalam belajar, konsentrasi, enggan melakukan aktivitias sosial, menarik diri, sulit tidur, mimpi buruk pada akhirnya bisa membuat mereka putus asa dan mengakhiri hidupnya.

Ilustrasi cyberbullying

Menurut Irma, ada beberapa jenis perundungan. Pertama secara fisik, kemudian secara kata-kata atau verbal contohnya mencemooh, olok-olok. Lalu bully secara sosial contohnya menjauhi, membicarakan seseorang di belakang, menunjukkan diri untuk tidak mau berteman dengan seseorang, serta cyber bully melalui sosial media.

Untuk mengantisipasi agar bullying tak terjadi, menurut Irma, harus dimulai dari rumah terlebih dulu. Anak-anak mesti dididik supaya tidak menjadi pelaku maupun korban bully yaitu dengan cara penguatan secara mental, psikologis, membuat mereka merasa berharga, punya kepercayaan diri yang baik.

Kemudian, orangtua perlu membuat dinamika keluarga lebih hangat, memberikan cinta dan kasih sayang sehingga anak-anak ini tercukupi dari segi perhatian dan kasih sayang. Selanjutnya, di luar rumah mereka juga bisa bergaul dan sosialisasi dengan baik. "Bila melihat ada orang lain lakukan intimidasi tehadap temannya beliau punya empati yang tinggi dan berusaha untuk menolong," kata Irma.

Sementara itu, Psikolog Anak, Sani Budiantini Hermawan, menyarankan, agar tak terjadi perundungan, hal terpenting dari pihak sekolah harus mensosialisasikan bahwa perundungan itu dilarang, karena berakibat negatif. Guru juga harus memantau siswa-siswanya, membuka waktu ketika anak mengalami sesuatu.

“Silakan untuk terbuka terhadap gurunya. Bagaimana anak bisa curhat. Keluarga juga harus membangun sistem komunikasi terbuka. Supaya, anak bisa percaya sama orangtua,” kata Sani saat dihubungi VIVAnews, Jumat, 18 Oktober 2019. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya