Soal Kajian Islam Dunia, Indonesia Disebut Masih Tertinggal

Ilustrasi membaca Alquran.
Sumber :
  • U-Report

VIVA - Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam atau PTKI, Arskal Salim menyatakan bahwa kehadiran Universitas Islam Internasional di Indonesia sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Malaysia, kata dia, sudah jauh lebih maju.

783 Juta Orang Akan Menderita Diabetes Tahun 2045

Dia mengatakan, sejak tahun 1980-an, berdiri kampus-kampus internasional di negara jiran tersebut. Mahasiswa dari berbagai penjuru dunia datang ke sana. Ketertinggalan ini, tentu tidak bisa dibiarkan terus.

"Kita harus mengejarnya, agar sejajar dengan negara-negara lainnya. Sejalan dengan semangat untuk berjejaring dan berkolaborasi dengan lembaga-lembaga internasional, kehadiran UIII dirasakan tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang ada," kata Arskal melalui keterangan resminya, Senin, 25 November 2019.

Usai Memilih Mualaf, Davina Karamoy Belum Siap Kenakan Hijab

Arskal melanjutkan dalam sejarah, Islam di Indonesia dikenal sebagai Islam pinggiran, tidak sepenuhnya Islam, tetapi agama yang bercampur baur dengan tradisi lokal. Sinkretisme. Dengan adanya UIII, dia berharap citra Indonesia di dunia internasional tidak lagi dipandang sebelah mata.

"Dalam diskursus keilmuwan hingga saat ini Indonesia pun masih dipandang sebelah mata. Kajian tentang Islam berpusat pada Timur Tengah, lalu bergesar ke Timur sampai Indo-Pakistan. Indonesia dilewati begitu saja," ujarnya.

7 Destinasi Lokasi Syuting Film dengan Budget Besar yang Wajib Dikunjungi di Dunia

Dia menegaskan bahwa pandangan keliru itu tentu harus diubah. Saat ini Indonesia memiliki kesempatan untuk memperkenalka khazanah dan tradisi Islam Indonesia secara lebih baik ke dunia internasional.

"UIII berkewajiban memperkenalkan hal tersebut. Besar, bahkan terlalu besar, harapan masyarakat Indoesia terhadap UIII ini. Semoga kita dan semua orang yang terlibat dalam pengurusan UIII diberi kekuatan oleh Allah SWT," tuturnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Komaruddin Hidayat menyatakan bahwa kampus yang dia pimpin itu akan launching akhir tahun depan. Mereka pun akan menyeleksi dosen dan para mahasiswa baru dengan ketat.

Komaruddin menambahkan, pengembangan UIII bukan hanya melibatkan Kemenag, tetapi langsung Presiden dan wapres, dan juga beberapa kementerian terlibat.

"Administrasinya di bawah Kemenag. Tapi kalau dari konten, kita melibatkan menlu, mereka juga memberikan visi kira-kira mahasiswa-mahasiswa negara mana saja yang jadi prioritas," kata Komaruddin.

Pertama, lanjutnya, negara-negara yang selama ini banyak memberikan beasiswa kepada anak-anak Indonesia.

Kedua, negara-negara di mana muslim jadi minoritas seperti di Eropa dan Amerika, atau Asia Tengah.

"Pendeknya, ini juga bagian dari persahabatan, sehingga menlu dilibatkan. Kalau menkeu dilibatkan, karena ini proyek yang memerlukan dana," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya