Usai Diterjang Kemarau Panjang, Jateng Justru Surplus Pangan

Ilustrasi kekeringan sawah karena musim kemarau.
Sumber :

VIVAnews - Meski lama dilanda kemarau panjang, namun tingkat komoditi pangan di Jawa Tengah masih cukup tinggi. Bahkan, jelang tutup tahun serta menyambut Natal dan Tahun Baru (Nataru) sejumlah komoditi pangan di Jateng justru surplus.

Pemudik Harus Hati-hati, Ada 19 Perlintasan Kereta Api di Brebes Tanpa Palang Pintu 

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Agus Suryanto, tingkat konsumsi pangan di Jawa Tengah pada Nataru nanti meningkat sebesar 5 persen. Hal tersebut tidak dipersoalkan oleh Agus karena sejumlah komoditi pangan di Jawa Tengah mengalami surplus atau ketersediaan lebih besar dibanding tingkat konsumsi.

"Kami menjamin agar setiap individu masyarakat di Jawa Tengah tidak kekurangan pangan. Pendekatannya bukan hanya pada kelompok maupun kepala keluarga, tapi individu," kata Agus.

Panen Raya di Purwakarta Jelang Lebaran Dimassifkan Perkuat Ketahanan Pangan

Bahkan, provinsi yang memiliki 35 kabupaten kota itu siap mensuplai permintaan daerah lain yang defisit pangan menghadapi Nataru nanti. Beberapa komoditi yang mengalami surplus di antaranya beras, yang surplus sebanyak 3,6 juta ton.

Untuk tingkat konsumsi beras di Jawa Tengah adalah 3,2 juta ton pertahun atau 94 kg perkapita. Padahal kemampuan produksi beras Jawa Tengah mencapai 6,9 juta ton. Sementara untuk daging, Jawa Tengah dikenal sebagai penyangga kebutuhan daging Jabodetabek, dengan suplai 70 ribu ekor pertahun.

100 Kilometer Jalan di Jateng Rusak karena Banjir, Perbaikan Dikebut hingga H-7 Lebaran

"Ketersediaan suplai daging di Jawa Tengah juga surplus. Karena dalam satu tahun kita memiliki sapi potong sebanyak 1,6 juta ekor, kambing ada 4 juta dan domba 2 juta ekor," katanya.

Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang libur Nataru ini, Pemprov Jateng telah memperlebar kran distribusi ke seluruh daerah. Sementara untuk mengantisipasi kenaikan harga, bakal dilakukan operasi pasar.

"Kita ada 200 lembaga usaha pangan masyarakat ditambah 850 toko tani. Ini untuk mengatasi distribusi tersalur dan harga stabil. Sebagai contoh, jika harga beras di toko mencapai Rp 9.500, di toko tani harga beras hanya Rp 8.800," katanya.

Dengan kemampuan tersebut, Agus mengatakan Jawa Tengah siap untuk mensuplai daerah lain jika dalam menghadapi libur Nataru ini kekurangan pangan. Namun dia juga telah mengantisipasi jika pihak-pihak yang ingin nakal. Karena biasanya dengan harga yang diharapkan stabil, kualitas justru turun karena dimanfaatkan pihak yang mencari keuntungan yang terlampau besar.

"Kecuali kedelai. Karena kedelai kita defisit sampai 200 ribu ton," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya