10 Catatan Perjalanan Haji Indonesia Tahun 2019 

Jemaah Haji Miqat di Bir Ali
Sumber :
  • Darmawan/MCH2019

VIVA – Tahun 2019 menjadi tahun bersejarah bagi penyelenggaraan ibadah haji Indonesia. Tak hanya karena pada tahun 2019, Indonesia mendapatkan kuota jemaah haji terbanyak di dunia, jemaah Indonesia juga mendapatkan banyak fasilitas dan layanan prioritas dibanding jemaah dari negara lainnya. 

Terpopuler: Ramalan Zodiak sampai Penjelasan Buya Yahya Soal Panggilan Pak Haji

Pada tahun ini, Kementerian Agama selaku regulator dari penyelenggaraan haji Indonesia, melakukan banyak terobosan untuk peningkatan layanan jemaah. Mulai dari transportasi bus Shalawat, akomodasi hingga katering.

Kebahagian jemaah haji Indonesia tahun 2019 semakin bertambah dengan penambahan dan peningkatan fasilitas dari pemerintah Arab Saudi. Jemaah Indonesia menjadi pilot project layanan imigrasi di Arab Saudi, sehingga masa tiba/kedatangan dan kepulangan di bandara menjadi lebih singkat.

Belum Haji Bolehkah Dipanggil Pak Haji? Begini Buya Yahya Menjelaskan

Berikut, rangkaian peristiwa dan fakta yang mengiringi penyelenggaraan ibadah haji 2019/1440H:

1. Kuota Haji Terbesar di Dunia 

Tak Banyak Masalah, Kemenag Nilai Proses Persiapan Haji Berjalan Baik

Kuota haji Indonesia pada tahun 2019 ini menjadi yang terbesar di dunia. Indonesia mendapat tambahan kuota 10 ribu. Dengan kuota normal sebanyak 221.000 jemaah ditambah 10 ribu, sehingga total jemaah haji Indonesia tahun 2019 berjumlah 231.000 jemaah.

Dengan penambahan ini, menempatkan Indonesia sebagai negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia. 

Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin menegaskan, dengan penambahan kuota haji 10 ribu orang, maka total jemaah haji Indonesia pada musim haji 2019/1440 Hijriah menjadi yang terbesar di dunia, yakni sebesar 231 ribu orang.

"Ini sejarah sebuah negara memberangkatkan sebesar 231 ribu (jemaah), terbesar dalam sejarah umat manusia," kata Lukman, saat membuka kegiatan 'Pembekalan Terintegrasi Petugas Arab Saudi' di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa 23 April 2019.

Adapun jumlah petugas haji yang turut membantu dalam penyelenggaraan tahun ini sebanyak 4.807 orang, yang terbagi dalam petugas yang menyertai jemaah sebanyak 2.645 petugas dan non kloter sebanyak 2.162 petugas.

2. Biaya Termurah se-ASEAN

Pemerintah menyepakati besaran rata-rata Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 1440H/2019M adalah rata-rata sebesar Rp35,235.602. Atau, setara dengan US$2.481 (kurs 1 dollar AS =Rp14.200)

Jika dilihat kurs Rupiah, BPIH tahun ini sama dengan besaran BPIH tahun lalu, yaitu rata-rata sebesar Rp35.235.602,-. Namun, jika dalam kurs dolar AS, BPIH tahun ini justru lebih rendah US$151. Sebab, rata-rata BPIH tahun 2018 sebesar US$2.632.

"BPIH Indonesia adalah yang paling murah di antara negara-negara ASEAN yang mengirimkan jemaah haji ke Arab Saudi," kata Menag Lukman Hakim usai penandatanganan kesepakatan mengenai BPIH di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin, 4 Februari 2019.

Merujuk data kurun waktu empat tahun terakhir, rata-rata biaya haji Brunei Darussalam berkisar di atas US$8.000, yaitu US$8.738 (2015), US$8.788 (2016), US$8.422 (2017), dan US$8.980 (2018).

Untuk Singapura, rata-rata di atas US$5.000, yaitu, US$5.176 (2015), US$5.354 (2016), US$4.436 (2017), dan US$5.323 (2018). Sementara Malaysia, rata-rata biaya haji sebesar US$2.750 (2015), US$2.568 (2016), US$2.254 (2017), dan US$2.557 (2018).

Adapun rata-rata BPIH Indonesia pada 2015 sebesar US$2.717. Sementara itu, tiga tahun berikutnya adalah US$2.585 di 2016, US$2.606 di 2017, dan US$2.632 dolar AS di 2018.

Sekilas, BPIH Indonesia lebih tinggi dari Malaysia. Namun, kata Menag, sebenarnya lebih murah karena dari biaya yang dibayarkan jemaah, ada US$400 atau setara 1.500 Riyal Saudi yang dikembalikan lagi kepada setiap jemaah haji sebagai biaya hidup (living cost) di Tanah Suci. 

3. Fast Track

Karena jumlahnya terbesar dan terbaik di dunia, Pemerintah Arab Saudi menjadikan jemaah haji Indonesia sebagai pilot project layanan haji, dengan selalu dilibatkan dan diutamakan dalam penerapan kebijakan baru regulasi haji di Arab Saudi.

Seperti saat penerapan regulasi e-Hajj tahun 2014, Pemerintah Arab Saudi meminta Indonesia sebagai negara yang pertama kali menerapkan sistem haji elektronik bagi calon jemaah hajinya.

"Demikian juga, saat diberlakukan perekaman biometrik. Indonesia yang diminta paling pertama," kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri, Sri Ilham Lubis di Asrama Haji Pondok Gede, Rabu 24 April 2019.

Pada tahun 2019 ini, sekitar 70 ribu atau 33 persen jemaah haji Indonesia mendapatkan fasilitas fast track atau jalur cepat keimigrasian di Arab Saudi. Setidaknya ada lima kloter dari dua embarkasi (JKS-JKG) yang menikmati layanan fast track.

Secara teknis, layanan Fast Track dapat menghemat waktu jemaah setibanya di bandara tujuan. Sebab, proses pre departure clearence atau pengecekan dokumen keimigrasian, seperti visa dan paspor, sudah dilakukan sejak di bandara asal.

4. Sistem Zonasi 

Kementerian Agama pada tahun 2019 ini pertama kali menerapkan sistem zonasi untuk pemondokan jemaah haji di Mekah. Ada 173 hotel yang disewa pemerintah Indonesia di Mekah dalam 7 zonasi berdasarkan embarkasi. Untuk Embarkasi Aceh (BTJ), Medan (KNO), Batam (BTH), Padang (PDG) dan Makassar (UPG) menempati akomodasi di wilayah Syisyah.

Embarkasi Palembang (PLM) dan Jakarta-Pondok Gede (JKG) menempati akomodasi di wilayah Raudhah. Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) menempati akomodasi di wilayah Misfalah. Embarkasi Solo (SOC) menempati akomodasi di wilayah Jarwal.

Kemudian, Embarkasi Surabaya (SUB) menempati akomodasi di wilayah Mahbas Jin. Embarkasi Banjarmasin (BDJ) dan Balikpapan (BPN) akan menempati akomodasi di wilayah Rei Bakhsy. Dan, Embarkasi Lombok (LOP) menempati akomodasi di wilayah Aziziah.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Nizar Ali mengatakan penerapan sistem zonasi pada hotel atau pemondokan jemaah haji di Mekah berjalan baik. Sistem ini diklaim bisa meminimalisir sejumlah permasalahan yang sering ditemui, seperti jemaah tersasar, kehilangan uang dan mempermudah komunikasi antar jemaah karena berasal dari satu daerah.

5. Menu Katering Khas Daerah

Jemaah haji Indonesia tahun 2019 mendapatkan menu khas daerah, tiga kali dalam sepekan. Menu khas daerah akan diberikan kepada jemaah haji setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. 

Menu yang disajikan merupakan menu-menu khas dari masing-masing daerah di tiap embarkasi. Seperti, Rawon bagi jemaah dari embarkasi Surabaya, Soto Betawi untuk jemaah embarkasi Jakarta, hingga Pindang Ikan Patin untuk jemaah dari Sumatera.

"Ini menyesuaikan dengan kebijakan akomodasi penempatan jemaah yang menggunakan sistem zonasi," kata Kasubdit Katering Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama, Abdullah di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Selasa, 18 Juni 2019.

Untuk menyiapkan menu-menu khas daerah masing-masing jemaah, Kemenag memberikan pelatihan kepada penyedia katering di tiga daerah kerja, Mekah, Madinah, dan Bandara. Pihak katering fiminta dapat menyajikan menu makanan dengan cita rasa masakan Indonesia.

"Meskipun mungkin belum sempurna, kami mengupayakan cita rasa makanan dapat mendekati rasa makanan yang ada di Indonesia," ujar Abdullah.

Khusus di Mekah, Abdullah menyampaikan, para penyedia katering berkomitmen menyajikan menu tambahan bubur kacang hijau setiap usai Salat Jumat. "Jadi bagi jemaah yang misalnya tinggal di Mekah selama 20 hari, maka paling tidak, ia minimal dapat menikmati bubur kacang hijau sebanyak dua kali," ucapnya.

6. Tenda Ber-AC di Arafah

Kementerian Agama selaku operator penyelenggaraan ibadah haji terus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan layanan jemaah haji tahun berjalan.

Beberapa fasilitas terbaik akan disiapkan pemerintah untuk kenyamanan jemaah haji tahun 2019. Perbaikan layanan dan fasilitas ini merupakan evaluasi dari penyelenggaraan haji tahun sebelumnya.

Di antara fasilitas baru dan inovasi layanan yang akan diterima jemaah haji musim 2019 adalah sistem zonasi pemondokan berdasarkan embarkasi awal atau satu daerah, katering menyesuaikan cita rasa daerah, layanan bus Solawat 100 persen.

Kemudian, tenda di Arafah full AC, penambahan toilet di Mina, layanan fast track di Arab Saudi (jalur cepat layanan imigrasi dan bagasi jemaah), sistem sewa hotel dari blocking time menjadi saat ini sudah 75 persen hotel disewa full musim.

"Banyak inovasi ini dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik. Jadi, ada ejekan jemaah haji khusus kaya jemaah reguler, jemaah reguler kaya jemaah khusus, karena hotelnya 35 meter dari Masjidil Haram," ujar Dirjen Haji dan Umrah Kemenag, Nizar Ali saat memberikan pembekalan petugas haji di Asrama Haji Pondok Gede, Rabu 24 April 2019.

7. Banjir di Mina 

Jagat maya di Tanah Air sempat dikejutkan dengan video viral terkait banjir yang terjadi di Mina, Arab Saudi. Salah satu video yang beredar memperlihatkan jemaah haji terjebak banjir di depan terowongan Mina. Pada saat bersamaan, jemaah haji tengah melaksanakan lempar jumrah dan mabit di Mina.

Kepala Daerah Kerja Mekah, Subhan Cholid dalam keterangan persnya, Selasa 13 Agustus 2019, membenarkan hujan deras mengguyur Kota Mekah, termasuk kawasan Mina, Arab Saudi, pada Senin. Pertama, hujan memang membuat tenda-tenda jemaah haji basah dan jalanan tergenang air. 

"Itu terjadi kemarin sore saja, sampai dengan (salat) Isya itu sudah selesai, dan hari ini kita rasakan dari pagi sampai sore ini cuaca cerah, bahkan cenderung normal seperti hari-hari biasa dengan cuaca yang cukup panas," kata Subhan Cholid di kawasan Syisyah, Mekah.

Baca: 5 Fakta Hujan Deras Mengguyur Kawasan Mina Arab Saudi

Dampak dari hujan deras yang turun hampir satu jam itu, Subhan menerangkan, beberapa bagian karpet di tenda jemaah Indonesia di Mina basah. Tetapi, kondisi itu tak membuat jemaah keluar dari tendanya. "Mereka tetap di tenda, karpet-karpet yang basa di pinggirnya kemudian dilipat, dan akhirnya selesai," ujarnya.

Sedangkan untuk listrik di tenda-tenda jemaah dan eskalator di gedung Jamarat, menurut Subhan, memang sengaja dipadamkan untuk mencegah ha-hal yang tidak diinginkan. Khususnya di tenda jemaah, listrik terpaksa dimatikan khawatir terjadi korsleting listrik, karena pada saat bersamaan ada genangan air. 

8. Cerita Romantis Kakek Mahmud dan Mak Cum

Cerita romantis antara Kakek Mahmud (87) dengan istrinya Mak Cum (75) di Bandara Madinah, begitu menyentuh. Besarnya rasa cinta Mahmud terkadang sampai membuat Mak Cum malu sendiri.

Mahmud selalu memegang erat tangan Mak Cum. Ia pun berontak ketika Mak Cum berjalan mendahului. Bahkan, petugas haji sempat jadi sasaran kemarahan Mahmud, karena dikira sengaja menyenggol tangan Mak Cum.

Baca: Bikin Iri, Ini Potret Kemesraan Sejoli Jemaah Haji Asal Maluku

Mahmud Sopamena dan Kalsum Litiloli merupakan jemaah haji Indonesia Kloter 13 Embarkasi Makassar (UPG). Pasangan suami istri ini berasal dari Pulau Tual, Maluku. Pasangan yang telah memiliki 8 anak dan 11 cucu ini, selalu duduk berdampingan. 

Mahfud pun selalu menggenggam tangan istrinya. Mereka pun akhirnya tinggal satu kamar di hotel Madinah dan Mekah.
 
Saat ditemui Tim Media Center Haji (MCH), Mak Cum mengaku tidak tahu mengapa suaminya terlihat begitu sayang kepadanya. Padahal saat di rumah, sikapnya tidak seperti itu. Mahmud biasa saja ketika ditinggal keluar rumah. 

"Saya malu dilihat banyak orang. Saya sempat bilang, kalau seperti ini saya tinggal saja. Dia malah jawab, kau tidak sayang sama saya," kata Mak Cum tersenyum.

9.Jemaah Wafat 440 Orang 

Ketua PPIH Arab Saudi, Endang Djumali mengatakan hingga akhir operasional haji tahun 2019 di Arab Saudi pada 15 September 2019, jumlah jemaah haji yang wafat di Tanah Suci sebanyak 440 orang, terdiri dari 413 jemaah haji reguler dan 27 jemaah haji khusus.

Sedangkan jemaah haji sakit selama operasional haji 2019 sebanyak 3.444 jemaah. Dengan rincian, jemaah yang dirawat di klinik sektor sebanyak 717 orang; jemaah yang telah dirawat di KKHI sebanyak 1.636 orang; dan jemaah yang dirawat di RSAS sebanyak 1.091 orang.

Angka kematian jemaah haji Indonesia tahun ini memang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Kepala Bidang Litbangkes Kemenkes Siswanto mengungkapkan, sebanyak 81 persen jemaah haji yang wafat memang memiliki status kesehatan risiko tinggi.

Menurutnya, penyebab kematian terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler, disusul oleh penyakit sirkulatori karena ini sangat erat kaitannya dengan faktor kelelahan jemaah haji. 

"Meninggal karena respiratori juga dipicu oleh infeksi alergi yang sudah dibawa dari Tanah Air," ungkap Siswatnto saat Evaluasi Kesehatan Haji 2019 di Hotel Bidakara, Jumat, 27 September 2019.

Siswanto menjelaskan bahwa tingginya angka kematian haji tahun ini juga memiliki kaitan erat dengan peningkatan kuota jemaah haji Indonesia. Seperti diketahui, jumlah jemaah haji Indonesia tahun ini mencapai 231 ribu orang atau terdapat penambahan kuota sebanyak 10 ribu jemaah haji.

Bahwa dalam penambahan jemaah haji tahun ini memang lebih diprioritaskan untuk mereka yang berusia 70 tahun ke atas. Sehingga risiko terkena penyakit hingga kematian saat menjalankan ibadah haji cenderung lebih tinggi.

10. Sangat Memuaskan

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei mengenai Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia atau IKHJI Tahun 1440 H/2019 M. Dari riset yang dilakukan, tingkat kepuasan Jemaah Haji Indonesia terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah Indonesia sebesar 85,91 poin.

Kepala BPS Suhariyanto, mengatakan dengan tingkat kepuasan sebesar 85,91 itu pemerintah Indonesia mendapatkan penilaian 'sangat memuaskan dari jemaah haji. Angka ini juga menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,68 dari IKJHI pada tahun 1439 H/2018 M lalu. 

"Secara umum, jemaah haji Indonesia telah menerima semua pelayanan yang diberikan oleh pemerintah secara sangat memuaskan. Indeks kepuasaan pelayanan jemaah haji naik sebesar 0,68 dibandingkan dengan tahun 2018," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Jalan dr Sutomo, Jakarta Pusat, Kamis 17 Oktober 2019.

Untuk tingkat pelayanan dengan tingkat kepuasan paling tinggi pada tahun ini adalah pelayanan transportasi bus Shalawat. Berbeda dengan tahun lalu yang nilai tingkat kepuasan paling tingginya adalah pelayanan bus antar kota.

Dalam pelayanan bus Shalawat ini, tingkat kepuasan jemaah mencapai 88,05. Angka kepuasan untuk bus Shalawat ini naik dari tahun lalu yang memperoleh kepuasan sebesar 87,72.

"Kemudian berturut-turut adalah pelayanan ibadah 87,77; pelayanan katering non Armuzna 87,72; pelayanan petugas 87,66; pelayanan bus antar kota 87,35; pelayanan akomodasi hotel 87,21; pelayanan lain-Iain 85,41; pelayanan katering di Armuzna 84,48; pelayanan transportasi bus Armuzna 80,37; dan pelayanan tenda di Armuzna 76,92;" kata Suhariyanto. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya