Virus Corona Kembali Dorong Harga Minyak Mentah Dunia Turun

Ilustrasi kilang minyak.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Harga minyak memperpanjang penurunannya pada hari ini, terseret kekhawatiran tentang permintaan yang lebih rendah dari importir minyak terbesar dunia, China, setelah terdampak kasus virus corona.

5 Negara Bagian dengan Cadangan Minyak Terbesar di AS

Minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) turun untuk pekan keempat berturut-turut, setelah sebagian besar maskapai membatalkan penerbangan ke China. Selain itu, rantai pasokan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu juga terganggu.

Seperti dikutip dari CNBC, Senin 3 Februari 2020, harga minyak mentah Brent berada di US$55,83 per barel, turun 79 sen, atau 1,4 persen, setelah kehilangan hampir 12 persen pada Januari, penurunan bulanan tertajam sejak November 2018.

Setelah Jokowi, Menlu China Wang Yi Temui Prabowo Subianto

Sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS, turun 50 sen menjadi US$ 51,06 per barel, setelah sebelumnya mencapai sesi terendahnya di posisi US$50,42. Harga WTI bulan lalu turun 15,6 persen pada Januari, penurunan bulanan terbesar sejak Mei 2019.

Aktivitas pabrik di China, terhenti pada Januari, karena pesanan ekspor turun. Sementara itu, analis memperkirakan penurunan besar dalam data Februari, karena wabah virus itu memukul permintaan di negara tersebut. Meski, ketika Bank Sentral China berencana menyuntikkan lebih banyak likuiditas untuk menopang ekonomi negara Tirai Bambu.

RKP 2025 Sudah Disusun dengan Prioritaskan Program Prabowo-GIbran, Ini Rinciannya 

"Penutupan bandara menunjukkan bahwa setidaknya akan ada penundaan permintaan, jika tidak ditunda atau dihancurkan," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Sydney.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dapat mengajukan pertemuan yang dijadwalkan Maret ke Februari, untuk membahas dampak permintaan minyak dari merebaknya kasus penyebaran virus.

Produksi minyak OPEC anjlok pada Januari ke level terendah sejak 2009, setelah beberapa anggota yang dipimpin Arab Saudi, pada perjanjian baru akan memangkas produksi dan ketika pasokan Libya merosot.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya