PA 212: BPIP Sebut Agama Musuh Pancasila, Bukti Makin Bobroknya Rezim

Kepala BPIP Yudian Wahyudi (kiri) usai dilantik Presiden Jokowi
Sumber :
  • ANTARA FOTO

VIVA – Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengkritik keras pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang mengatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama. PA 212 mendesak BPIP dibubarkan.

Hard Gumay Ramal Kasus Hukum Chandrika Chika, Warganet: Gila, Ilmunya Dalem Banget

"Bertambah bukti bobroknya ini rezim, orang yang yang enggak ngerti esensi Pancasila jadi Ketua BPIP. Ayo bubarkan saja BPIP atau negara makin hancur," kata Ketua Alumni PA 212 Ustaz Slamet Maarif kepada VIVAnews di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020.

Baca: Tiga Kesalahan Fatal Kepala BPIP Sebut Agama Musuh Terbesar Pancasila

Galih Loss sudah Minta Maaf soal Video 'Serigala', Polisi beri Jawaban Menohok

Ia menjelaskan bahwa Pancasila itu warisan ulama, dan agama adalah ruh dari Pancasila. Hal itu dibuktikan dengan sila pertama ketuhanan Yang Maha Esa. 

"Musuh terbesar Pancasila itu yang menafsirkan Pancasila sesuai seleranya. Jadi ketua BPIP itu sesungguhnya musuh dari Pancasila karena mau membuang agama dari Pancasila. Umat Islam harus hati-hati komunisme akan dibangkitkan kembali," ujarnya.

Penghulu dan Penyuluh Dilibatkan Sebagai Aktor Resolusi Konflik Berdimensi Agama

Lindungi cukong komunis

Sementara itu, Juru Bicara Alumni 212 Novel Bamukmin mengatakan, Kepala BPIP diduga kuat sudah kerasukan paham komunis dengan kedok Pancasila. Karena, lanjut dia, orang beragama pasti paham dengan asal mula atau lahirnya Pancasila.

"Kalau tidak ada agama maka tidak ada Pancasila, karena Pancasila itu semua silanya dari kandungan Alquran, kitab sucinya umat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin," kata Novel Bamukmin kepada VIVAnews.

Dengan adanya agama, lanjut dia, Pancasila mulai bisa diterima keberadaannya. “Kecuali komunis, sangat alergi dengan Pancasila. Yang dipastikan, komunis jadi musuh terbesar Pancasila,” katanya.

Saat ini, kata Novel, sudah banyak komunis yang ingin merawat Pancasila sesuai dengan kepentingannya. Karena, dia menyebut, di zaman Soekarno pun sudah ada Nasionalisme, Agama dan Komunisme (Nasakom).

“Komunis yang anti Tuhan bisa menerima Pancasila untuk dijadikan sebagai legitimasi paham komunisnya,” ujarnya.

Begitu juga saat ini, dengan memakai Pancasila ingin menghidupkan komunis dengan gaya baru yang Pancasila sebagai perisainya untuk mengadu domba umat beragama.

"Makanya ucapan Kepala BPIP itu adalah diduga kuat sebagai provokator berdinas atas nama Istana demi melindungi cukong cukong komunis," tegas Novel. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya