Assalamu'alaikum Diganti Salam Pancasila, Pantaskah?

Yahya Zainul Maarif atau lebih akrab disapa Buya Yahya. 
Sumber :
  • Youtube Al Bahjah Tv

VIVA – Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi kembali membuat gaduh. Setelah membuat banyak pihak marah, karena pernyataannya yang menyebut agama adalah musuh terbesar Pancasila, Rektor UIN Sunan Kalijaga itu kembali membuat kontroversi.

Terpopuler: Manfaat Belimbing Wuluh sampai Tanggapan Buya Yahya Soal Kasus Inses

Kali ini pernyataannya, yang ditafsirkan ingin mengganti salam “assalamu'alaikum” menjadi salam Pancasila, kembali bikin gaduh. Sebetulnya, dua kontroversi ini satu momen saat Yudian diwawancara eksklusif oleh sebuah media, beberapa waktu lalu.

Banyak pihak marah dengan pernyataan kontroversial profesor yang sempat membuat kebijakan melarang pemakaian cadar di lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga. 

Memajang Foto Ulama di Rumah, Bagaimana Hukumnya? Ini Kata Buya Yahya

Salah satunya adalah ulama masyhur, Yahya Zainul Maarif, atau lebih akrab disapa Buya Yahya. Melalui channel Youtube Al-Bahjah TV, yang dipublikasikan 23 Februari 2020, Buya menyampaikan kegundahannya.

"Innalillahi wainnailaihi rajiun," ucap Buya Yahya mengawali jawaban atas pertanyaan soal pernyataan kontroversi Kepala BPIP itu. 

Viral Inses Saudara Kandung, Begini Tanggapan Buya Yahya

Kepala BPIP Yudian Wahyudi saat diantik oleh Presiden Joko Widodo.

Pengasuh pondok pesantren Al-Bahjah ini menegaskan, jauh sebelum bangsa ini lahir dengan Pancasila-nya, Islam sudah mengajarkan mengenai nilai-nilai toleransi, kebhinekaan. 

"Indonesia ini sudah tenteram, damai dengan Pancasilanya, dengan bhinneka tunggal ikanya. Mungkin termasuk yang menyerukan tadi, salam Pancasila dan lainnya, harus memahami dulu makna bhinneka tunggal ika," ujar Buya. 

Buya meminta kepada semua tokoh maupun pejabat di negeri ini untuk menjaga lisan, agar tidak membuat rakyat berprasangka buruk antarsesama.

"Kami mohon semoga Allah mengirim ke negeri ini orang-orang bijak, tokoh-tokoh bijak. Ungkapannya menyejukkan, tidak menjadikan orang berprangkaa buruk," ucapnya. 

Menurut Buya, sejak lama, Indonesia sudah damai dengan perbedaan yang ada, baik suku maupun agama. Namun belakangan ini, justru perbedaan yang ada di tengah masyarakat, diganggu. Dibenturkan dengan pernyataan-pernyataan kontroversial para tokoh dan pejabat, terutama berkaitan dengan nilai-nilai keyakinan masyarakat.

"Dari dulu sudah biasa ini, tidak pernah diperbincangkan. Makanya di saat orang muslim tidak mengucapkan Natal, waktu itu juga tidak masalah. Kecuali akhir-akhir ini, seolah-olah seorang muslim yang tidak mengucapkan selamat Natal menjadi muslim yang tidak tolerir. Ini kan menjadi masalah. Ini yang mengajari prasangka buruk," ujar Buya Yahya.

"Kita perlu orang bijak, orang cerdas di dalam memilih kalimat, dalam mencetuskan," kata Buya.

Simak selengkapnya penjelasan Buya Yahya di video ini

>
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya