Kabar Obat Herbal Sembuhkan Kanker Payudara, Dokter Onkologi: Itu Hoax

Peringatan Hari Kanker Sedunia di Karawaci, Tangerang, Senin, 2 Maret 2020.
Sumber :
  • VIVAnews/ Sherly (Tangerang)

VIVA – Kanker payudara hingga saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi perempuan di seluruh dunia. Penyakit ini merupakan penyebab nomor satu kematian wanita di Indonesia. 

Penyanyi Bro Hizrah yang Sempat Viral Kini Sukses Jadi Milyarder di Bisnis Herbal

Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi, dr Abdul Rachman Sp.B(K)Onk, mengatakan, salah satu penyebabnya yakni kurangnya kesadaran wanita untuk segera memeriksakan diri ke dokter, saat sudah merasakan tanda-tanda aneh pada salah satu bagian penting wanita tersebut. 

"Budaya masyarakat kita masih merasa malu untuk memeriksakan diri ke dokter saat sudah merasa ada yang tidak nyaman dengan area payudara, karena daerah payudara dianggap daerah private yang tabu untuk diperiksa," katanya saat memperingati Hari Kanker Sedunia di Karawaci, Tangerang, Senin, 2 Maret 2020.

Benarkah Obat Herbal Bisa Sembuhkan Kanker? Begini Penjelasan Dokter

Tak hanya itu. Menurut Abdul, beredarnya hoax di masyarakat mengenai berbagai ramuan herbal bisa menyembuhkan kanker, membuat masyarakat biasanya pergi ke dokter saat kanker sudah pada tahap stadium lanjut. 

"Saya tegaskan, sampai saat ini tidak ada penelitian valid yang menyebut obat-obatan herbal bisa menyembuhkan kanker, itu bohong, hoaks yang malah membuat pasien kanker pergi ke dokter ketika kanker sudah parah dan sulit diobati," ujarnya. 

Catat Ramuan Herbal Atasi Perut Kembung dan Panas Dalam

Ia mengatakan, herbal seperti sayuran pare atau kulit manggis memang mengandung aktioksidan tinggi. Namun hal itu hanya untuk mencegah tumbuhnya kanker payudara, bukan menyembuhkan. 

"Pare dan manggis itu punya kadar aktioksidan yang tinggi, itu memang bisa menangkal radikal bebas yang merupakan salah satu faktor penyebab kanker, tapi jika sudah terkena kanker maka jalan satu-satunya adalah operasi untuk saat ini," ujar Abdul. 

Abdul mengungkapkan, saat ini persentase kanker payudara di Indonesia pada stadium awal sebesar 20-25 persen, sementara untuk stadium tiga melonjak hingga 60 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat Indonesia baru memeriksakan ke dokter setelah sudah parah dan sulit diobati. 

"Biasanya begitu didiagnosa kanker payudara langsung enggak ke dokter lagi dengan alasan mau pake herbal enggak mau di operasi, ketika sudah parah dan ternyata herbalnya tidak bekerja baru kembali ke dokter. Ini yang membuat kita sulit menyembuhkan karena kalau pasien tidak sembuh itu beban tersendiri untuk dokter," kata Abdul.

Lantaran itu, masyarakat khususnya wanita diminta untuk sadar sedari dini dengan memperhatikan kesehatan payudara, terutama untuk mengetahui sedini mungkin jika ada potensi kanker pada payudara.

"Untuk itu lakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri) pada 10 hari setelah menstruasi, apakah terdapat benjolan yang aneh dan tidak biasa, apakah bentuk payudara tidak seperti normal pada umumnya atau ukurannya tidak simetris, jika menemukan tanda-tanda segera periksakan ke dokter dan ikuti saran dokter," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya