Bantuan Sosial dan Kisah Hidup Lansia di Gubuk Reyot

Nenek Lusia Ueng terima bantuan sembako
Sumber :
  • VIVAnews/Jo Kenaru

VIVA – Brigadir Kepala (Bripka) Arsy Lentar melepas sepatu dan merayap masuk ke dalam gubuk. Aroma gubuk reyot berukuran 2x2 meter itu sedikit menyengat.

Bawaslu Akan Awasi Pembagian Bansos di Pilkada Serentak 2024

Kain kotor dan peralatan makan minum menumpuk jadi satu di atas pelepah bambu tempat ia tidur. Pintu gubuk hanya ditutup kain sarung tua.

Nenek Ueng, begitu dia disapa, rupanya tidak asing dengan suara Bripka Arsy Lentar. Sebab, Bhayangkara Pembina Kantibmas (Bhabinkantibmas) Pospol Lambaleda ini sudah dua kali menemuinya.

Bawaslu Sebut Bansos dan Penggantian Pejabat Daerah Jadi Aspek Pengawasan Pilkada 2024

Ekspresi wanita berambut putih itu menyambut penuh gembira kedatangan polisi yang menenteng plastik berisi makanan.

Tapi kata-katanya seperti meracau seperti ingin menyampaikan terima kasih. Wanita ceking yang duduk meringkuk di dalam gubuk itu mengusap pundak si polisi berkali-kali. Lentar tak lagi bisa menyamarkan kesedihan, sudut matanya berkaca.

Korupsi Beras Bansos di Lombok, Uangnya Diduga untuk ‘THR’

Kisah pilu ini ternyata sudah menjadi keprihatinan bersama warga di Dusun Ngendeng Desa Golo Munga Kecamatan Lambaleda Kabupaten Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur.

Siapa yang tidak terenyuh kala menyaksikan lansia tinggal sebatang kara di dalam gubuk reyot yang tak bedanya dengan kandang ternak. Asli membuat air mata meleleh.

Keberadaan nenek yang bernama lengkap Lusia Ueng itu mendadak viral di media sosial hari-hari belakangan ini setelah seorang anggota Polri di Lambaleda mengunggah video nenek itu dan gubuk reyotnya di facebook.

Menuju Desa Golo Munga bukan perkara mudah karena harus melewati jalan rusak sepanjang 10 kilometer. Itu kalau datang dari Benteng Jawa Ibu Kota Kecamatan Lambaleda. Jika dari Ruteng Manggarai perjalanan butuh waktu 2,5 jam.

Nenek Ueng bukan seorang ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) tapi dia hanya tak bisa berbicara. Pendengarannya masih tajam. Mungkin karena penyandang tunawicara, membuatnya tak pernah menikah.

Meskipun usianya sudah uzur tapi dia masih beraktivitas seperti menimba air, masak dan mencuci. Tidak diketahui persis berapa usia nenek Ueng sekarang. Tapi berdasarkan penuturan warga, umurnya sudah menginjak 90 tahun. Itu berdasarkan cerita sepuh kampung teman masa kecil Lusia Ueng.

Bripka Arsy Lentar kemudian menceritakan awal mula ia bertemu nenek Ueng.

“Pas jalan pulang ke Benteng Jawa saya melihat mama tua sedang duduk. Saya panggil tapi dia hanya tersenyum. Sadar bahwa dia ini tak bisa bicara saya lalu mencabut selembar uang dan jalan lagi,” tutur Bripka Arsy Lentar ketika berbincang dengan VIVAnews, Jumat 1 Mei 2020.

Baca juga: Terkuak, Ada 3 Klaster Penularan Virus Corona di Yogyakarta

Setelah lama tak terlihat lagi, lanjut dia, ada warga yang menceriterakan kepadanya tentang lansia di dalam gubuk di tepi kebun singkong kampung Purang Wara.

“Ketika datang ke sini untuk mendata para lansia sesuai arahan pimpinan kami terkait rencana pemberian sembako bagi warga yang terkena dampak pandemi virus corona atau Covid-19 saya diajak ke sini dan ternyata mama tua yang saya ketemu di jalan tempo hari tinggal seorang diri di dalam gubuk ini,” tuturnya.

Dijelaskan dia, setelah pulang mengantarkan sembako untuk nenek Ueng hasil donasi beberapa penyumbang di Benteng Jawa, dia langsung mengunggah foto dan video nenek Ueng di facebook miliknya.

“Saya waktu datang minggu lalu ke sini sedih betul lihat mama ini, tinggal sendiri di dalam gubuk yang mirip kandang ternak ini. Makanya setelah bawa sembako saya langsung posting di FB (facebook),” terangnya.

Bhabinkantibmas yang berdinas di Pospol Benteng Jawa sejak akhir 2005 ini berharap postingannya tentang profil nenek Lusia Ueng bisa mengetuk hati banyak orang.

Bripka Lentar yang selama ini dikenal luas sebagai pegiat sosial tidak bicara muluk-muluk apa rencana dia untuk nenek Ueng selain berniat ingin merawat nenek Ueng di Paroki Benteng Jawa.

“Di sisa-sisa umurnya marilah kita perbaikan gizi nenek Ueng, karena selama ini dia makan tidak layak. Sekali masak bisa dimakan berhari-hari tanpa lauk. Itupun berharap dari pemberian keluarga dan warga sekitar. Makanya saya berniat membawa nenek ini ke paroki. Pastor paroki sangat setuju,” sebutnya.

Lebih bagus lagi, lanjut Lentar jika ada petugas medis datang menyambangi nenek Ueng.


Tak Pernah Dapat Bantuan

Nenek Lusia Ueng menumbuk jagung

Nenek Lusia Ueng yang hidup luntang-lantung bertahun-tahun di Desa Golo Munga ternyata tak pernah merasakan bantuan pemerintah.

Kepala Desa Golo Munga, Hubertus Juni berkilah Lusia tak mendapat bantuan pemerintah seperti PKH (Program Kaluarga harapan) atau Rastra (Beras Sejahtera) karena tak punya KTP dan Kartu Kelurga sebagai syarat mendapatkan bansos.

“Ini menurut saya ya tidak tahu kalau pendahulu saya, kemungkinan mama tua ini tidak dapat bantuan pemerintah karena administrasinya itu belum lengkap, satu, ini mama tua ini kan tidak ada KK tidak masuk KK sehingga tidak bisa masuk program keluarga harapan,” sebut Hubertus.

Kepala Desa yang dilantik pada akhir 2019  ini mengaku telah berkoordinasi dengan pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Manggarai Timur tapi upayanya sia-sia.

“Kita tahu regulasinya, dia harus memiliki KK dari orang tuanya kemudian dari aturan gereja mama tua ini tak punya surat permandian. Selama ini sudah upaya. Tapi dari sisi aturan ini sulit,” kata Kades Hubertus.

Namun kabar baiknya, lanjut Hubertus, nenek Lusia Ueng telah dicatat sebagai penerima BLT Covid-19 sebesar Rp600 ribu rupiah selama tiga bulan.

“Proses pendataan BLT sudah 70 persen dan mama tua Ueng ini saya masukkan sebagai penerima BLT,” tandasnya.

Selain mendapat BLT Kades Hubertus dan jajarannya telah bersepakat untuk menyumbang masing-masing Rp20 ribu dan Rp25 ribu rupiah dari gaji mulai dari kepala desa hingga staf.

“Kami ada 11 orang, tiap terima gaji kami akan kasih ke nenek Mueng masing Rp20 ribu kalau saya Rp25 ribu,” imbuhnya.

Sementara itu, ketika dimintai tanggapan melalui WhatsApp, Bupati Matim, Andreas Agas tidak merespons.

Laporan Jo Kenaru/ Manggarai Timur-NTT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya