Kisah Sedih Nenek Sumi, Berlebaran Tak Merasakan Ketupat dan Opor Ayam

VIVA – Jangankan menikmati opor ayam dan ketupat saat Idul Fitri 1441 Hijriah, untuk makan sehari-hari saja, Nenek Sumi (83) dan putra bungsunya, Darwis (40) harus menunggu uluran tangan dari tetangga, saudara ataupun dermawan. Mereka tinggal di sebuah rumah yang atapnya sudah ambruk dan temboknya bolong.

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Jika hujan turun, nenek dan anaknya harus mencari bagian rumah yang tak bocor untuk berteduh. Nahasnya, sang anak tidak bisa bekerja karena kaki kirinya lumpuh akibat digigit ular tanah. Sehingga tidak bisa membantu untuk mencari nafkah atapun sekadar makan. Keduanya, hanya menunggu uluran tangan dari tetangga dan saudara.

Meski pendengarannya sudah tak lagi bagus, jalan nya membungkuk, sang nenek dan anak bungsunya itu tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, seperti Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu), Program Keluarga Harapan (PKH) hingga Bansos Tunai (BST) ditengah pandemi covid-19 ini.

Pelita Air Klaim Tak Ada Kendala saat Angkut Penumpang Arus Balik Lebaran 2024

"Kalau makan seketemu aja, ada yang ngasih aja dari tetangga. Segala baskom untuk menampung air hujan (atap bocor). Berdua aja tidur disini," kata Nenek Sumi saat ditemui di kediamannya, Selasa, 26 Mei 2020.

Untuk sampai ke rumahnya, di Kampung Cinayong, RT 05 RW 01, Desa Malanggah, Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang, Banten, jangan berharap akses jalannya beraspal ataupun betonisasi, yang ada hanya tanah dan kerikil. Suaminya sudah lama meninggal dunia. Rumah yang mereka tempati milik anak pertama Nenek Sumi, yang memilih bekerja merantau ke Angke, Jembatan Tiga, Jakarta. 

Lebaran 2024, KAI Bandara Medan Mengangkut 102.502 Penumpang

Sang nenek tidur di dapur rumah, bersama asap tungku. Karena tidak memiliki kompor gas, nenek Sumi masak menggunakan kayu bakar. Namun, kamar mandinya yang terpisah dari dapur, tidak memiliki atap, pintu dan bak mandi.

"Udah lama (rumah) ambruk. Bantuan enggak dapat, enggak ada pokoknya mah, (enggak) tahu yang lain mah kalau kita mah enggak pernah (dapat)," kata Darwin, putra bungsu Nenek Sumi.

Kaki kirinya di gigit ular tanah satu tahun lalu, saat berkebun. Akibat tidak ada biaya, diobati ala kadarnya. Beruntung Darwin tidak sampai meninggal. Namun kini, kaki nya menghitam, untuk berjalan harus menggunakan penopang dari kayu yang dia buat sendiri. 

Jika tak ada makanan untuk dimasak, Nenek Sumi dan Darwin hanya bisa pasrah sembari menunggu ada nya bantuan. Beruntung, dia kerap mendapatkan bantuan sembako dari personil TNI Korem 064/Maulana Yusuf.

"Kerja duduk aja, jalan susah, nemenin Ibu doang. Makan seadanya aja kalau ada yang ngasih dari tetangga, kalau enggak ada yang ngasih, diem aja gimana. Alhamdulillah aja dapet sembako dari Pak TNI," jelasnya.

Dilokasi yang sama, Bakriah (74) yang rumahnya tepat di belakang rumah Nenek Sumi, juga mengaku belum pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Nenek Bakriah bercerita bahwa dia dan beberapa warga lainnya sempat diminta mengumpulkan foto kopi KTP dan Kartu Keluarga (KK), namun hingga kini belum ada tindak lanjutnya.

"Belum pernah, boro-boro. Didata mah didata, sensus, ditempel (dipasang sticker), masa enggak didata. Waktu bulan lalu ngumpulin KK, KTP. Iya katanya mau dapat (bantuan), Alhamdulillah belum," kata Nenek Bakriah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya