Wabah COVID-19, Survei: Masyarakat Pilih Ekonomi Dibanding Kesehatan

Ilmuwan melakukan penelitian virus corona baru.
Sumber :

VIVA – Pandemi COVID-19 di Tanah Air belum menunjukkan tanda-tanda adanya penurunan. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diambil pemerintah untuk menangani virus corona yang memengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Lembaga survei Indikator menemukan adanya perubahan opini publik, dari yang sebelumnya menginginkan adanya penanganan kesehatan untuk wabah COVID-19 menjadi menginginkan perbaikan pada sektor ekonomi. Mayoritas responden meminta agar PSBB segera dihentikan.

"Pada Mei masyarakat yang lebih memprioritaskan masalah kesehatan sebanyak 60.7 persen, untuk yang memprioritaskan ekonomi 45.0 persen. Hasil ini berubah di bulan Juli, masyarakat yang menginginkan prioritas kesehatan menurun menjadi 33.9 persen, dan masyarakat yang prioritaskan masalah ekonomi naik menjadi 47.9 persen," kata Peneliti Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei nasional, Selasa, 21 Juli 2020.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Baca juga: Bus Gratis Pengganti KRL dari Bogor Dikurangi Separuh, Apa Alasannya?

Hal ini, kata Burhanuddin, tak lepas dari pandangan publik terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Dalam survei yang dilakukan, sebanyak 57,0 persen responden menilai kondisi ekonomi Indonesia buruk dan 12,2 persen menilai sangat buruk. Hanya 9,7 persen responden yang menilai ekonomi Indonesia dalam keadaan baik dan 19,6 persen menilai biasa saja sementara 1,4 persen tidak jawab atau tidak tahu.

Pakar Imbau, Waspadai Pandemi Disease X, Mematikan Dibanding COVID-19

Opini publik terkait realokasi anggaran juga mengalami perubahan. Di mana pada Mei, mayoritas responden memilih realokasi anggaran digunakan untuk bantuan bahan pokok ke rakyat kecil. Namun di bulan Juli, mayoritas responden memilih agar realokasi anggaran digunakan untuk bantuan uang tunai kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Di bulan Mei, mungkin dampak kehilangan pekerjaan tidak sekeras sekarang. waktu itu pemerintah diharapkan responden menciptakan anggaran bagi penciptaan lapangan kerja hanya 12,1 persen. sekarang naik 22,7 persen. Jadi di bulan Juli yang diinginkan realokasi anggaran itu untuk pertama uang tunai, dua lapangan kerja, tiga adalah sembako, empat adalah penyediaan alat kesehatan," ujarnya

Survei ini dilakukan lembaga survei indikator 13-16 Juli 2020, Dalam situasi pembatasan sosial, pertanyaan dilakukan melalui sambungan telepon. Sampel sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak, dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020.

Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelepon sebanyak 5,872 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei yaitu sebanyak 1.200 responden. 

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya