Muhadjir: Sesama Keluarga Miskin Besanan, Lahir Keluarga Miskin Baru

Muhadjir Effendy, Menko PMK
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy jadi sorotan. Pemicunya, karena Muhadjir menyinggung soal jumlah keluarga miskin.

Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

Dia membahas persoalan keluarga miskin sampai angka stunting dalam acara webinar pada Selasa kemarin, 4 Agustus 2020. Ia bilang rumah tangga miskin di Indonesia itu jumlahnya masih sangat tinggi. 

Artinya, masih sekitar 76 juta rumah tangga miskin di Indonesia. Dengan data itu, berarti sekitar 20 persen dari rumah tangga dan rumah tangga baru yang miskin itu rata-rata juga dari keluarga rumah tangga miskin ini. 

ASN Boleh WFH 16-17 April untuk Tunda Arus Balik, Menko PMK: Kamis-Jumat Jangan Bolos!

"Sesama keluarga miskin besanan, kemudian lahirlah keluarga miskin baru," kata Muhadjir dalam acara webinar Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di Jakarta yang dikutip pada Rabu, 5 Agustus 2020. 

Baca Juga: Pandemi Corona, 24 Juta Balita Indonesia Berisiko Alami Gizi Buruk

One Way Arus Balik Tol Kalikangkung Arah Cipali KM 72 Mulai Diberlakukan

Menurut dia, dengan kondisi itu, perlu ada pemotongan mata rantai keluarga miskin. Sebab, ia menilai kemiskinan itu pada dasarnya ada di dalam keluarga. 

Kemudian, ia menambahkan bahwa persoalan stunting ini harus ditangani dengan sungguh-sungguh. Alasannya karena kalau orang sudah stunting maka kemampuan kecerdasannya sudah selesai. 

Ia menekankan, dengan kondisi itu, sulit meningkatkan kemampuan orang yang stunting. Beda dengan fisik yang masih bisa didorong dengan asupan gizi yang baik.

"Itu menurut dokter. Saya lupa ya yang menyampaikan, tetapi beliau sangat pakar yang harus saya sangat percaya dengan beliau. Stunting ini ketika orang stunting itu sudah tidak bisa dibenahi lagi kemampuan kecerdasannya," jelasnya. 

Dia menjelaskan, merujuk Bank Dunia diketahui 54 persen angkatan kerja Indonesia adalah mantan stunting. Maka itu, jadi alasan sumber daya manusia lokal kualitasnya rendah. 

"Sekali lagi, 54 persen dari angkatan kerja Indonesia sekarang yang di merah, putaran merah itu itu mantan-mantan stunting," ujarnya. (ase)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya