Dituding Bentuk KAMI karena Sakit Hati, Gatot Nurmantyo Menjawab

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menjawab tudingan terhadapnya yang dinilai sakit hati tak dapat jabatan sehingga mendirikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Tudingan sakit hati ini muncul karena Gatot tak dapat jabatan dari Presiden Joko Widodo.

Soroti Pengeroyokan Relawan Ganjar di Boyolali, Gatot Nurmantyo: Saya Tak Yakin Dipukul Batu

Bagi Gatot, tudingan tersebut keliru karena dirinya bukan tipikal orang yang tergiur jabatan. Ia mencontohkan saat ditawari posisi Panglima TNI namun ditolak tiga kali.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Ikut Rumuskan Butir Maklumat untuk Deklarasi KAMI

Jelang Pensiun, Yudo Margono Pamit di Depan Para Mantan Panglima TNI dan Prajurit Tiga Matra

Gatot menceritakan tawaran jadi Panglima TNI itu muncul saat dirinya masih menjabat Kepala Staf TNI AD (KSAD).

"Tapi, singkatnya saya ini sewaktu jadi KSAD untuk jadi Panglima TNI, tiga kali saya menolak. KSAD 2014 juga. Tiga kali. Saya enggak mau saya sampaikan alasannya. Tidak etis (diungkap) antara saya saja dengan Pak Jokowi," kata Gatot dalam video di akun YouTube Refly Harun yang dikutip pada Jumat ,28 Agustus 2020.

PKS Buka Pintu Lebar Jika Gatot Nurmantyo Gabung Tim Pemenangan Anies-Cak Imin

Selain itu, Gatot juga mengungkapkan pernah ditawari jadi menteri pertahanan pada periode pertama Presiden Jokowi. Namun, lagi-lagi dia menolaknya karena saat itu yang menduduki posisi menteri pertahanan adalah seniornya di TNI yakni Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.

Gatot menyebut tawaran itu muncul saat dirinya jadi Panglima TNI. Ketika itu, ada seorang menteri yang menghubunginya.

"Saya sampaikan terima kasih tidak ada seorang Panglima TNI-pun yang tak bermimpi jadi menhan. Tapi, dalam kondisi saat ini di sisa waktu saya (menjabat Panglima TNI), saya ingin memberikan, mewariskan moral dan etika kepada junior saya," ujar eks Pangdam Sriwijaya itu.

Pun, dia menambahkan, saat itu kondisinya dengan Ryamizard juga kerap berselisih pendapat. Maka itu, menurutnya, tak etis jika ia yang notabene seorang Panglima TNI kerap berselisih pandangan dengan menteri pertahanan. Namun, kemudian justru mengambil kursi menteri dari seniornya.

"Hampir semua media tahu bahwa saya dengan menhan waktu itu pak Ryamizard terjadi hubungan yang tidak harmonis. Sering berbeda pendapat. Tapi, sebenarnya secara pribadi enggak ada masalah," ujar Gatot.

Dia menambahkan, jika ia menerima tawaran menteri menggantikan Ryamizard maka akan muncul konotasi untuk juniornya.

"Tapi karena Menteri Pertahanannya Pak Ryamizard, kalau saya terima konotasinya akan mendidik adik saya, kalau ada senior ingin kamu gantiin duduknya (jabatannya) kamu congkel-congkel (kritik) saja. Itu tidak baik," katanya.

Kemudian, dari situ, Gatot mau menunjukkan contoh nyata bahwa ia bukan orang yang tergiur dengan jabatan. Lalu, ia menegaska,  deklarasi KAMI murni karena keprihatinan atas kondisi bangsa.

"Untuk apa (jabatan) banyak yang masih berkompeten. Jadi bukan saya tidak tertarik bukan saya tidak mau. Hubungan saya dengan Pak Jokowi baik. Saya hanya ingin benar-benar menikmati hidup," ujar Gatot.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya