September 2020 Banten Masuk Puncak Musim Kemarau

Ilustrasi kekeringan sawah karena musim kemarau
Sumber :

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, puncak musim kemarau untuk sebagian besar Provinsi Banten, akan terjadi pada September ini. Bahkan musim ini akan terus melanda hingga dua bulan ke depan, berakhir Oktober 2020. Namun untuk wilayah Tangerang Raya, puncak kemarau sudah terlewati di bulan Agustus 2020.

Suhu Panas Diprediksi Landa Indonesia 27 Februari-4 Maret, BMKG Bilang Begini

"Puncak musim kemarau untuk wilayah Banten terjadi pada bulan Agustus dan September 2020, untuk sebagian besar Tangerang dan Tangerang Selatan, diperkirakan terjadi pada bulan Agustus 2020," kata Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi (Datin) Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Klas II Tangsel, Sutiyono, melalui pesan singkatnya, Selasa 1 September 2020.

Baca juga: Camat Cikupa Kampanye Bahaya COVID-19 Pakai Pocong dan Keranda Mayat

Setelah Kemarau Panjang, Jakarta dan Sekitarnya Akhirnya Diguyur Hujan Deras

Meski memasuki puncak kemarau, BMKG memprediksi tetap akan turun hujan, lantaran Indonesia berada di iklim tropis. Hujan di musim kemarau ini diharapkan BMKG bisa dimanfaatkan untuk penyimpanan air baku masyarakat agar tidak terjadi kekeringan.

Hujan yang turun di musim kemarau, juga diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan musim kemarau tahun sebelumnya.

Harga Cabai di Lampung Tembus Rp80 Ribu per Kg

"Perlu diketahui bahwa saat musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali, tetap ada kejadian hujan. Dikarenakan kita berada di wilayah beriklim tropis yang memiliki penyinaran matahari sepanjang tahun sehingga hujan dapat terbentuk sepanjang tahun pula. Untuk wilayah Banten, pada musim kemarau 2020 ini diprakirakan sifat hujannya di atas normal," terang Sutiyono.

BMKG berharap semua pihak dapat mengantisipasi terjadinya bencana kekeringan akibat musim kemarau. Jika kemarau datang, biasnaya yang menjadi persoalan seperti berkurangnya pasokan air baku hingga kebakaran lahan dan hutan.

"Para pemangku kepentingan dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan," lanjut Sutiyono. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya