UGM Temukan Mutasi COVID-19 yang Jauh Lebih Cepat Menular

Ilustrasi virus corona.
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Tim peneliti pada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengumumkan bahwa mereka menemukan empat jenis varian virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19. Tiga di antaranya ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan yang lain di Jawa Tengah.

Ahli Nuklir UGM Jadi DPO Kasus Penggelapan Rp 9,2 Miliar, Begini Kronologinya

Temuan mutasi yang dinamai D614G itu telah dipublikasi di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) yang berbasis di Munchen, Jerman. D614G, menurut  dr Gunadi SpBA PhD sebagai Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran UGM, membuat penyebaran virus sepuluh kali lebih infeksius dibandingkan virus corona sebelum bermutasi.
 
"Meski mutasi ini dinyatakan dalam penelitian infitro pada sel itu dikatakan lebih infeksius sepuluh kali. Dan pada pasien yang diteliti di Inggris terbukti bahwa dengan adanya mutasi ini dia jumlah virusnya lebih banyak," katanya dalam konferensi pers di kampus UGM, Rabu, 2 September 2020.

Baca: 10 Kali Lebih Menular, Mutasi Virus Corona D614G Menyebar di Indonesia

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Meskipun demikian, katanya, mutasi ini tak membuat derajat keparahan penderita virus terpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian pada 1.000 pasien COVID-19 di Inggris, tidak terbukti berpengaruh pada derajat keparahan.

Derajat keparahan yang dimaksud adalah gejala yang dialami penderita sama seperti virus sebelum bermutasi. Artinya, gejala penderita tetap bisa ringan, sedang, hingga kritis.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Logika sederhana: jumlah virusnya lebih banyak, wajar pada saat percobaan sel lebih infeksius. Karena jumlah virus di dalam saluran hidung tenggorokan pada pasien di Inggris lebih tinggi. Tapi kalau di populasi Indonesia belum disimpulkan," ujarnya.

Penyebaran mutasi D614G, Gunadi berpendapat, tergantung kondisi inangnya atau manusia. Sesuai hasil penelitian diketahui dari persebaran global, yakni 77,5 persen virus sudah bermutasi. Artinya, D614G adalah yang paling beradaptasi dengan manusia.

"Dia bermutasi dalam rangka bertahan hidup; harus survive. Tetapi virus itu sendiri dia berevolusi mengalami mutasi yang awalnya D614 dan menjadi G614 (D614G). Dia yang paling fit sesuai dengan kondisi inang kita. Bahasa awamnya tidak dihancurkan pada imun kita," kata Gunadi.

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mutasi virus itu, termasuk apakah virus yang bermutasi lebih gampang dibasmi atau tidak. SARS-COV-2 merupakan virus baru yang belum banyak diketahui karakteristiknya sehingga perlu lebih banyak lagi penelitian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya