Ingin Mendaki Gunung Semeru, Waspada Macan Tutul Melintas

Macan tutul/Ilustrasi.
Sumber :
  • http://www.dontsad.com

VIVA – Jejak macan ditemukan di sekitaran Ranu Kumbolo, Gunung Semeru pada Sabtu, 19 September 2020 pekan lalu. Komunitas Gimbal Alas Indonesia yang menemukan itu saat akan menuju gerbang puncak Mahameru untuk memasang prasasti dua aktivis mahasiswa Soe Hok Gie dan Idhan Lubis.

Gunung Semeru Kembali Erupsi, Petugas Pengamatan: Durasi 118 Detik

"Dari ukurannya cenderung dewasa. Tidak tahu persis itu macan tutul atau macan kumbang. Jejak itu kita temukan di Ranu Kumbolo," kata koordinator pemasangan prasasti, Teguh Priejatmono, Sabtu, 26 September 2020.

Baca juga: Dibuka Lagi, Ini Syarat Pendaki Taklukkan Gunung Semeru Saat Pandemi

Waspada, Gunung Semeru Erupsi Lagi dengan Letusan Setinggi 700 Meter

Kemungkinan itu jejak macan yang sedang mencari air untuk minum di Ranu Kumbolo. Kawasan itu memang salah satu sumber air di Gunung Semeru. Apalagi Gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut ini telah ditutup selama setahun. Sehingga saat tidak ada aktivitas pendakian beberapa hewan buas turun ke Ranu Kumbolo untuk mencari air.

Anggota Gimbal Alas Indonesia lainnya, Trianko Hermanda mengatakan berdasarkan pengalamannya memang masih banyak hewan buas di kawasan Gunung Semeru. Dia mengingatkan para pendaki tetap untuk waspada. Gunung Semeru sendiri akan dibuka pada Kamis, 1 Oktober 2020 mendatang dengan kuota 20 persen atau 120 orang per hari dari kapasitas 600 orang di masa normal.

Semeru Erupsi dengan Letusan Setinggi 1,2 Km, Masyarakat Diimbau Hindari Sektor Tenggara

"Kalau di sekitaran Gunung Semeru, kemungkinan bertemu dengan hewan cukup tinggi. Tetap hati-hati apalagi jumlah pendaki tidak begitu banyak. Yang biasa dijumpai seperti anjing hutan, lutung hingga macan," ujar Trianko.

Trianko mengatakan untuk di jalur pendakian dianggap masih aman. Kemungkinan bertemu cukup tipis. Namun, pada tahun 2017 silam sekira pukul 18.00 WIB ada dua pendaki yang akan menuju puncak bertemu dengan seekor macan dari atas menuju bawah. Memang macan tutul hidup di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

"Tahun 2017 di pos tiga pendaki naik, macan turun cuma dia tidak bisa membedakan itu macan kumbang atau macan tutul. Sama-sama takut macannya naik dan pendaki yang naik akhirnya turun. Dan sempat dilihat oleh petugas dari jejaknya memang macan dewasa," tutur Trianko.

Perlu diketahui, macan tutul atau Panthera pardus merupakan spesies kucing besar yang memiliki kecepatan dan kelincahan dalam memanjat pohon. Bila bertemu dengan hewan buas seperti macan diusahakan pendaki untuk tidak panik dan merunduk atau memilih posisi sejajar dengan hewan buas yang dijumpai.

"Peluang ketemu di jalur pendakian memang tipis. Tapi sebaiknya kita menghindar, kalau kita bertemu diam, tidak usah panik dan jangan melawan lebih baik jongkok sejajar," kata Trianko.

Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru selaku otoritas pariwisata di kawasan ini mengeluarkan sejumlah aturan yang harus dipatuhi oleh para pendaki ketika resmi dibuka pada 1 Oktober mendatang. Pendaki wajib, membawa surat keterangan sehat yang asli dari dokter yang menyatakan bebas ISPA, bertanda tangan dan stempel basah yang berlaku paling lama 3 hari sebelum hari H. Menggunakan masker dan membawa cadangan minimal 4 buah masker. Membawa obat-obatan pribadi dan hand sanitizer,

"Batas lama pendakian yang diizinkan maksimalkan hanya 2 hari 1 malam. Di pintu masuk akan ada pengecekan suhu jika suhu 37.3 derajat celcius selama 2 kali pemeriksaan pendaki dilarang masuk. Tiket dibeli secara online melalui situs resmi Balai Besar TNBTS," tutur Kepala Balai Besar TNBTS John Kenedie.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya