Stageof Pasuruan: Gempa Berpotensi Tsunami Besar Terjadi Jika...

ilustrasi Tsunami
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Geofisika (Stageof) Pasuruan pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Suwarto, mengatakan bahwa berdasarkan monitoring stasiunnya belum ada anomali gempa bumi di kawasan Jawa Timur dalam beberapa hari terakhir. Semua masih dalam batas wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. 

BNPB Turun Langsung Tangani 9 Wilayah di Jateng Berstatus Tanggap Darurat Bencana

Baca Juga: Penemuan Vaksin Kunci Ekonomi RI Pulih dari COVID-19, Ini Alasannya

Hal itu disampaikan Suwarto menanggapi kabar tersiar bahwa sembilan daerah di Jawa Timur berpotensi dilanda tsunami besar berdasarkan riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Riset yang diterbitkan di jurnal Nature Scientific Report itu menyebutkan bahwa tsunami setinggi 20 meter berpotensi terjadi akibat gempa megathrust di Lempeng Eurasia di lepas Jawa. 

Mengenal Badai Siklon Tropis, Penyebab Cuaca Ekstrem di Indonesia

"Dari monitoring kita, data gempa itu masih sama, artinya, tidak ada anomali atau kejadian yang signifikan. Saya kira masih dalam batas wajar dan tidak perlu ditanggapi dengan berlebihan. Kenapa? Karena itu masih dalam taraf penelitian," kata Suwarto dihubungi VIVA.

Pihaknya mengapresiasi hasil riset yang dilakukan oleh ITB. Senada dengan penelitian itu, potensi tsunami di Jawa bagian Selatan memang ada. "Karena di selatan Pulau Jawa itu ada yang namanya zona megathrust. Bahkan dari barat Sumatera sampai NTT, memang potensi gempa megathrust dan potensi tsunaminya ada," ujar Suwarto. 

Pagi Hari Langit Jakarta Mendung, Hujan Ringan Bakal Mengguyur

Kendati begitu, tidak ada yang bisa mengetahui secara pasti kapan gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami itu terjadi. "Kajian ITB itu, kan, merujuk pada pusat studi kegempaan nasional. Di situ memang disebutkan ada zona gempa megathrust untuk Jawa itu ada tiga, yaitu zona di Selat Sunda, Jawa bagian barat, dan Jawa Timur," ujar Suwarto. 

Di tiga zona itu mempunyai potensi gempa maksimal 8,7 SR. Bahkan bisa sampai 9,1 SR jika terjadi sekali. "Itu hasil kajian dari ITB. Tapi kita, kan, tidak bisa menentukan dan memastikan bahwa (gempa) itu hanya terjadi sekali (dengan maksimum 9,1 SR). Bisa saja gempanya kecil-kecil. Misalnya 9,1 (SR) itu gempanya pecah-pecah," katanya.

Menurut Suwarto, gempa berpotensi menimbulkan tsunami jika terjadi dengan magnitudo di atas angka tujuh dan kedalaman kurang dari 60 kilometer. "Kemudian sumber gempanya berupa sesar naik atau sesar turun. Jadi, pergerakan sumbernya itu lempengnya naik atau turun. Kalau lempengnya itu hanya geser horisontal, kemungkinan kecil akan terjadi tsunami," katanya.

Di Jatim sendiri, tsunami besar pernah melanda Kabupaten Banyuwangi pada 1994 silam dan memakan banyak korban jiwa. Hal yang positif dari riset ITB itu ialah menjadi dasar mitigasi sehingga masyarakat waspada. BMKG sendiri terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk pencegahan dampak bencana ketika gempa dan tsunami betul-betul terjadi. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya