Syahganda KAMI Ditanya Bukti Kebangkitan PKI: Hanya Rasakan Gejalanya

Syahganda Nainggolan
Sumber :
  • Antara/ Ismar Patrizki

VIVA – Sekretaris Badan Pekerja Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Syahganda Nainggolan, terang-terangan menyebut komunisme tidak akan pernah padam dalam gerakan politik dunia. Begitu pula komunisme di Indonesia dengan potensi kebangkitannya dalam wujud Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sosok Ini yang Membuat Adik KH Agus Salim Tertarik Masuk Katolik

Syahganda mengaku mengamati diskursus Marxisme, teori dasar komunisme, di sejumlah negara termasuk Amerika Serikat. Ada kecenderungan gerakan komunis menggunakan metode baru menggabungkan gagasan filsafat pascamodernisme alias postmodernism dengan Marxisme.

"Komunisme gaya baru bermetamorfosis menjadi gerakan cultural and ideology: simbol yang menenangkan rakyat," kata Syahganda dalam forum diskusi Indonesia Lawyers Club tvOne pada Selasa malam, 29 September 2020.

Respons KH Agus Salim saat Tahu Adiknya Masuk Katolik: Alhamdulillah

Baca: PKS Serukan Para Orang Tua Dampingi Anak Nonton Film G30S/PKI  

KAMI, kata Syahganda, membuat gerakan dengan agenda utama mewaspadai gerakan komunis atau kebangkitan PKI bukan mengada-ada atau dilatarbelakangi dendam sejarah masa lalu. KAMI, dia mengklaim, hanya mengingatkan akan ancaman laten komunisme.

Kisah Chalid Salim, Adik KH Agus Salim yang Memilih Agama Katolik

"Ini ada ancaman besar. Itu berimpit dengan semangat kelompok teraniaya di zaman Orde Baru," ujarnya.

Namun, Syahganda tak menjawab dengan lugas pertanyaan sang pembawa acara, Karni Ilyas, tentang bukti nyata akan kebangkitan komunisme atau PKI. Mula-mula dia menjawab bahwa, berdasarkan pengamatan dan sesuai fenomenologi, ada dua gerakan besar berbasis ideologi di Indonesia, yakni gerakan Islam dan gerakan komunisme.

"Yang [gerakan] Islam terindetifikasi. Yang Kiri (komunis), karena [gerakan] di bawah tanah, hanya bisa dirasakan gejalanya. Ada [klaim] 20 juta orang anak PKI bangkit (pernyataan politikus PDIP Ribka Tjiptaning). Itu sudah cukup untuk memverifikasi," ujarnya.

Menurutnya, bukan sesuatu yang aneh dan haram kalau bangsa Indonesia mesti memperingati tragedi Gerakan 30 September 1965 dengan PKI dianggap dalangnya. Sebab, peringatan semacam itu tidak hanya di Indonesia. "Jerman memperingati fasis Hitler tiap tahun," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya